Lari

Ini tentang sebuah perjalana ntah apa judul yg tepat.
Jika aku bilang ini tentang perjalanan terakhir ku tp trnyata bukan demikian, nanti aku di bilang tidak komitmen dg ucapan ku.
Jika aku bilang ini tentang perjalanan misi bunuh diri, ternyata aku gagal melakukannya, nanti amu di bilang hanya mencari sensasi.
Lalu perjalanan tentang apa yg tepat untuk aku utarakan.
Aku jg tdk tau ?
Andai aku py uang yg lbh, mgkn aku akan melajukan perjalanan yg lbh jauh lagi,
Bahkan mungkin aku tak akan kembali.
Baik lah jika tidak ada judul yg tepat untuk perjalanan ku ini,  aku akan bercerita tentang apa yg akan aku pikirkan saja.

Jeritan seorang anak

Ayah.... ibu...
Ini anak mu ingin mengadu,
Tp berat hati ini untuk mengatakan nya langsung.
Ayah, ibu..
Peluk anak mu ini sebentar saja.

Kegelisahan beberapa hari ini

Ntah apa yg aku fikir kan ?
Mgkn terlalu banyak, tapi apa..?
Aku pun tak tau.
gelisah hati ini, lagi2 aku tak tau kenapa.
Perasaan yg tak tenang, pikiran yg ntah kemana2.
Pertanda apa ini,,?
Semoga bukan pertanda buruk.
Beberapa hari lagi aku akan ke kesuatu tempat.
Aku ingin marah kepada diri ku,
kemudian membuang jauh kemarahan tersebut,
Hingga aku bisa tenang jika aku pulang.
Aku ingin berteriak di tempat yg tinggi,
Tapi seperti nya itu tidak mungkin.
Baik lah, kalau begitu,
Aku akan duduk diam menatap lagi,
Kemudian berbicara pada bintang2,
Tentang semua perasaan ku.
Mungkin setelah itu, aku akan lebih baik.
Sebelum aku pergi, berat rasa nya aku meninggalkan papa.
Tak pernah aku alami sebelumnya,
Biasa nya jika aku ingin pergi, tak ada satu org pun yg bisa melarang ku.
Aku tau ia jg tidak bs melarang ku,
Tapi hati ku, terlalu berat untuk meninggalkan nya,
Padahal hanya satu minggu saja,
Setelah itu aku kembali pada nya.
Lalu apa lg yg aku fikirkan.
Entah lah,,
Hanya segelintir tulisan ini yg bisa aku curahkan terhadap kegelisahan hati ini.
Semoga ini bukan pertanda sesuatu yg buruk.

Pejuang LDR, bahwa jarak bkn lah penghalang


Ketika jarak dan kesibukan menjadi penghalang sebuah pertemuan. Lalu bagaimana mempertahankan rindu yang terlanjur berlubang? Kutahan rindu agar tidak berakibat buruk. Bertahan dengan siksaan kerinduan yang entah kapan berakhir temu. Hanya saja aku mengerti bawa ada beberapa hal yang lebih penting dibanding diriku.

Kini ku mengerti tentang pekerjaanmu, dan segala rutinitas mu yang tak bisa ku awasi. Namun rasa percaya ini tak pernah hilang sedikitpun untukmu. Seringkali ku mengeluh tentang jarak yang begitu jauh dan kamu yang semakin tak bisa kusentuh. Rindu yang mengerikan membawa pilu.

Walau kau jauh. Cintaku selalu utuh untukmu.
Walau rindu tak selalu berujung temu.
Setidaknya Do'aku selalu menyertaimu.

Tentang hal – hal yang ku takuti saat kau semakin jauh; saat kau semakin sulit ku rengkuh dalam peluk. Ketika tangan ku tak bisa memelukmu saat kau merasa takut. Ketika bahu ku terlalu jauh untuk menjadi tempat dimana kesedihanmu akan berlabuh. Sempat berfikir, lalu dengan siapa kau berbagi cerita saat kita tak saling bertatap muka? Adakah niatmu untuk bercerita padaku walau hanya sekedar bertukar suara?

Ketika seharian kau lelah bekerja. Kadang kala aku ingin menyusulmu ; memberikan sebuah pelukan hangat yang semoga saja dapat membuat hatimu damai. Namun kiranya itu hanya angan semata. Hanya Do'a yang menemani ketika kamu merasa sendiri. Berusaha menghiburmu dengan cara apapun agar kamu tidak merasa bosan. Berharap kamu bercerita apa masalah mu hari ini. Ah tapi kamu lebih senang menjadi pendegar. Hingga akhirnya aku yang selalu mencari pembahasan yang baru dan menarik.

Terkadang ketakutan akan hal yang baru memang sering terjadi,

Orang baru memang lebih asik,

Tapi taukah kau ?

Bahwa aku berusaha untuk menjadi yang ter-asik diantara yang lain ?

Kau dengan siapa? Sedang di mana? Apa yang kau lakukan hari ini? Sudah berapa orang yang kau kunjungi? Ah. Pertanyaan yang selalu terlintas saat kau belum mengabari, saat kau masih sibuk bekerja sedangkan mataku sudah tak kuat menahan kantuk saat aku menantimu pulang memberi kabar. Sedikitpun tak apa. Agar kekhawatiranku berada dijalur yang benar.

Menantimu pulang; menanti kabarmu adalah hal paling membosankan tetapi aku tetap melakukan itu. Berharap kau memahami bahwa rindu ini tak bisa ku bendung lagi. Namun aku tak bisa menyuruhmu untuk segera pulang hanya sekedar membenarkan bahwa kerinduan ini semakin gila. Menjadi wanita mandiri tanpa harus merengek minta ini dan itu. Berusaha menjadi wanita yang memahami segala kesibukanmu.

Ada ketakutan sendiri saat disana kau menemukan wanita yang lebih menarik. Entah sekedar teman kantor atau teman sosial media yang kau punya. Aku hanya khawatir dan tergoda dengan hal yang baru. Kadangkala aku memang membosankan. Namun Memang, rumput tetangga lebih hijau. Namun kalau hujan sama beceknya, bukan?

Sekalipun aku tak bisa membahagiakanmu
Tak akan pernah kubiarkan wanita baru,
Mengeser posisi ku dihatimu.

Untuk pria yang sedang kutunggu kepulanganmu ke rumah. Memang jarak terlalu jauh untuk memeluk tubuhmu. Namun do’a tak henti henti nya mengalir untuk kehidupanmu. Ku nanti kau pulang membawa cinta yang masih utuh untukku. Agar bahagia selalu bersamamu walaupun kau jauh dariku.

Aku hanya perlu bersabar sementara waktu.
Hingga sang semesta memberi kita temu,
Yang selalu kita harapkan.

Pelarian yg tepat

Tidur adalah pelarian yg paling tepat untuk ku,
Ketika aku kesal, sedih, marah, dan apapun yg membuat aku begitu badmood.
Bukan nya aku sang pengecut yg lari begitu saja,
Aku hanya tak ingin menyusahkan org lain.
Aku tak ingin rasa badmood ku membuat semua yg ada ikut badmood.
Aku tak ada tmpt bercerita terus terang ttg hidup ku.
Hanya aku punya yg di Atas tmpt ku untuk bercerita.
Aku sudah terbiasa dengan semua ini.
Tolong.... jgn larang aku untuk tidur.
Sungguh tidur bagi ku pelarian yg begitu tepat.
Kamu, kalian dan semua tak akan pernah mengerti jalan hidup ku.
Selamat malam....

Semua tak sama


Dalam benakku lama tertanam
Sejuta bayangan dirimu
Redup terasa cahaya hati
Mengingat apa yang telah engkau berikan

Waktu berjalan lambat mengiring
Dalam titian takdir hidupku
Cukup sudah aku tertahan
Dalam persimpangan masa silamku

Coba tuk melawan getir yang terus kukecap
Meresap ke dalam relung sukmaku
Coba tuk singkirkan aroma nafas tubuhmu
Mengalir mengisi laju darahku

Semua tak sama
Tak pernah sama
Apa yang kusentuh, apa yang kukecup
Sehangat pelukmu
Selembut belaimu
Tak ada satupun yang mampu menjadi sepertimu

Apalah arti hidupku ini
Memapahku dalam ketiadaan
Segalanya luruh lemah tak bertumpu
Hanya bersandar pada dirimu

Ku tak bisa, sungguh tak bisa
Mengganti dirimu dengan dirinya

Dilema Pejuang Toga



aku tak tau apa yang ada di pikiran ku sekarang,
yang aku tau, aku ingin mengetik disini,
meluapkan uneg uneg ku,
walau sementara ini hanya q simpan sendiri.
antara sedih, senang dan gelisah
ketika aku melihat teman satu angkatan kuliah telah berhasil menyelesaikan skripsi nya,
sementara disini aku tetap saja diam dalam kecemasan yang tak ada orang yg tau.
mereka begitu bangga dengan keberhasilan mereka kemudian mereka memakai toga,
sedangkan aku,,,
jika aku pun nanti memakai toga tersebut,
aku mungkin tak bisa sebangga mereka,
karena apa...?
karena dari awal aku kuliah aku tak ada niat untuk kuliah,
aku hanya menjalani jalan hidup yg diberikan pada ku.
aku kuliah hanya untuk kedua orang tua ku,
mereka begitu ingin melihat anak nya kuliah.
sekarang apa yang terjadi,
seolah aku begitu sulit untuk menyelesaikan nya.
seperti beban yang tak habis untuk menghantui ku.
untuk meyerah pun aku tak mampu karena hanya tinggal selangkah lagi,
tak mungkin sekali jika aku harus mundur,
sudah berapa banyak uang yang telah di keluarkan orang tua ku,
sudah berapa banyak waktu yang sudah aku habis kan di bangku kuliah.
lalu apa yang harus aku lakukan,
aku harus menyelesaikan nya, walupun dengan hati yang setengah2.
ayah, ibu ingin sekali aku memeluk kalian,
aku ingin bicara tentang semua apa yang sedang aku rasakan sekarang.
aku ingin mendamaikan hati ku ini,
agar aku bisa menyelasaikan kuliah ini untuk kalian dengan hati yang ikhlas.
aku ingin membuat kalian tersenyum bahagia,
karna selama ini aku hanya bisa menyusahkan dan membuat kalian bersedih.
ayah, ibu ...
ini ungkapan hati seorang anak mu yang tengah dilanda dilema besar.
aku ingin memeluk kalian, aku ingin berkata...
aku minta maaf untuk kesalahan keputusan ku untuk kuliah demi kalian,
semua ini aku lakukan hanya untuk kalian, tapi tidak dengan keinginan diri ini.
aku minta maaf bu,,,
tapi aku janji kuliah ku akan aku selesaikan untuk kalian,
aku akan berusaha untuk ikhlas menjalani semua kesulitan ku ketika mengerjakan skripsi.
cukup sudah aku menyiakan waktu satu semester kemarin dengan menyerah sebelum bertarung.
aku janji aku akan menyelesaikan nya bu...
sudah berapa banyak uang mu yang sudah ku habiskan,
aku tak ingin mensiasia kan kembali.
aku janji kuliah ku akan selesai,
untuk kalian, hanya untuk kalian, dan untuk senyum bangga mu padaku :)

Secercah cerita kala sore itu

Sore ini, aku baru saja sampai kebun orang tua ku jauh dari rumah, hampir satu jam perjalanan menuju kesana.
Mungkin aku selama ini terlalu cuek terhadap apa yg mereka kerjakan.
Tapi setiba nya aku sampai ke kebun org tua ku tersebut bersama ibu ku, yg ada di pikiran ku hanya ada kata jauh sekali org tua membeli sebuah tanah untuk bs berkebun.
Disini sedang ada pembangunan rumah kk ku, mgkn jika rumah itu selesai, paling tidak ada tmpt berteduh yg nyaman jika orang tua ku kesini, karna jikalau pun rumah itu telah selesai, kk ku belum bs menempati nya karna pekerjaan nya di luar kota.
Aku melihat sekeliling kebun ini, tampak masih sepi dg rumah yg hanya bs di hitung.
Ini bkn pertama kali nya aku kesini, tp untuk yg kedua kali nya.
Aku lihat sudah mulai byk perubahan dan kemajuan di daerah ini.
Jalanan yg mulai di cor, dan mulai byk org yg membangun rmh disini.
Sekarang aku sedang duduk di sebuah pondok di tengah2 perkebunan karet. Hati ku merasakan sedikit ketenangan berada disini, jauh dr kota yg ramai dan macet.
Di temani asap dari api yg di hidupkan oleh ayah ku, untuk menghilangkan sedikit nyamuk yg ada disini.
Tanpa sadar lamunan ku sudah begitu panjang.
Tidak lain terpikirkan kedua orang tua ku.
Ketika aku baru sampai bersama ibu ku, ayah ku bilang disini banyak nyamuk, seolah takut anak nya tidak betah dan di gigit nyamuk.
Hingga akhirnya ayah ku menghidupman api dari ranting2 pohon dan dedaunan kering.
Kemudian aku duduk di sebuah pondok yg biasa ayah dan ibu ku istirht ketika usai membersihkan kebunnya.
Ibu ku membuat kan air es yg di bawa dari tumah tadi. Karna cuaca yg begitu panas, kami membutuh kan air yg dingin untuk sekedar pelepas dahaga karena terik matahari.
Seketika aku duduk di sebelah ayah ku sambil sesekali memainkan hp.
Jarang sekali aku mau menatap ayah ku dan memandangi tubuh nya sdh mulai menua, aku melihat tambut nya yg sdh memutih dan badan nya yang sdh tak gagah seperti dahulu ketika aku masih kecil.
Kemudian aku melihat ibu jg yg jarang jg aku pandangi beliau.
Aku melihat beliau pun sdh mulai keriput dan menua seiring waktu berjalan.
Ya allah kenapa aku baru menyadari semua nya sekarang, maaf kan anak mu ibu ayah ibu, yg jarang sekali memperhatikan kalian berdua.
Setiap kali mereka pergi untuk kekebun, aku selalu berfikir untuk apa kesana? Aku tidak terlalu banyak memikirkan nya,
Yang aku tau sepulang dari kebun mereka membawa kan hasil kebun mereka se sekali jika ada yg di panen.
Tapi hari ini, di pondok ini aku betul baru memahami dan menyadari, ternyata ada ketenangan sendiri berada disini.
Walaupun hanya memandangi kebun dan membersihkan nya, atau pun menanam apa yg bs di tanam.
Aku baru sadar di usia mereka yg sdh menua, hanya ini yg bisa mereka kerjakan.
Sebentar lagi mereka akan pensiun dati pekerjaan nya, tidak terlalu byk yg bs mereka lakukan di rumah, mau jalan2 pun mereka bukan sosok orang tua yg suka menghabiskan uang untuk sekedar ke mall, mereka lebih suka kekebun membawa bekal makanan dan menghabiskan waktu luang mereka di sini.
Dan pulang dg membawa hasil panen yg sudah mereka tanam.