PSIKOLOGI SEBAGAI
BAGIAN DARI FILSAFAT
Dilihat dari sejarah,
psikologi sudah berkembang sejak berabad-abad yang lalu bahkan sebelum masehi
(Zaman Yunani) sampai sekarang. Ini dilihat dari sejarah bahwa psikologi yang dimaksud
adalah pembahasan tentang jiwa manusia. Bahkan di dalam kitab setiap agama kita
akan mendapati istilah psikologi (jiwa). Sehingga sejarah psikologi bisa
dilihat dari sudut ini pula. Tetapi sekarang, kita akan membahas sejarah
psikologi dengan membahas pembabakan sejarahnya sesuai dengan perkembangan ilmu
zaman itu. Sebagai catatan bahwa ilmu psikologi modern tidak bias dipisahkan
dengan sejarahnya di Filsafat. Sebagian ahli berpendapat bahwa psikologi
berkembang dari ilmu filsafat yang memisahkan diri sebagai ilmu mandiri.
A. Masa Yunani
Pendekatan dan
orientasi filsafat masa Yunani yang terarah pada eksplorasi alam, empirical
observations, ditandai dengan kemajuan di bidang astronomi dan matematika,
meletakkan dasar ciri natural science pada psikologi, yaitu objective,
experimentation and observation, the real activity of living organism.
Pertanyaan utama yang selalu berulang:
Why do we behave as
we do?
Why are we able to
generate reasonable explanation of some actions but not of others?
Why do we have moods?
Why do we have moods?
Why do we seem to
know what we know?
Efforts to find ‘the
cause’.
Comte: causal
explanation adalah indikator
untuk perkembangan tahap intelektual bagi peradaban manusia.
Masa Pra Yunani Kuno
: tahap intelektual masih primitive, yaitu theological/animism : atribusi ‘the
cause’ pada dewa-dewa atau spiritual power. Contoh : Mesir
Manusia adalah pihak
yang lemah. Perilaku ditentukan oleh kekuatan para spirit, maka tugas utama
manusia adalah menjaga hubungan baik dengan mereka dengan cara menjunjung tinggi
otoritas para spirit.
Sejak zaman
filsuf-filsuf besar seperti Socrates (469-399 SM) telah berkembang filsafat
mental yang membahas secara jelas persoalan “jiwaraga”.
Kejayaan masa Yunani
ditandai oleh pemikiran dari tiga filsuf besar: Socrates, Plato, Aristoteles;
walau masih dipengaruhi pemikiran-pemikiran masa sebelumnya (masa Yunani Kuno)
B. Masa Abad Pertengahan
Masa abad pertengahan
yang dimaksud adalah menurut pembabakan di bawah ini:
a.
Akhir Hellenistic
Pendekatan natural
science dari Aristoteles disebarkan oleh muridnya, Alexander the Great melalui
ekspansi militer sampai ke daerah Timur. Bersamaan dengan itu mulai juga masuk
pandangan belahan dunia Timur ke Barat, terutama Persia, India, dan Mesir.
Dengan runtuhnya kekuasaan Alexander the Great, pengaruh timur ini semakin
kuat, ditandai dengan menguatnya pandangan spiritualitas menggantikan
naturalisme.
b.
Masa Romawi
Konteks sosial :
- Pemerintahan kekaisaran romawi yang mendunia dengan tertib administrasi kependudukan yang kuat serta jaminan akan ketentraman sosial.
- Pemikiran tentang manusia dan alam menjadi lebih pragmatis, spesifik dan spesialis. Bangsa Romawi lebih tertarik pada ilmu pengetahuan yang teknikal dan aplikatif, seluruhnya diarahkan untuk memperkuat dominasi kekaisaran Romawi.
- Ide-ide dan pemikiran tentang manusia berkembang subur, bahkan juga ide-ide ketuhanan
Pengaruh bagi
perkembangan pemikiran tentang manusia:
- Filsafat yang berkembang memiliki konteks yang lebih terbatas dan spesifik, serta tampak dalam bentuk yang nyata, misalnya ritual religi masyarakat Romawi.
- Fokus yang dibicarakan :
a) dikotomi
aktif-pasif, apakah jiwa (yang menggambarkan manusia) adalah unsur yang aktif
dan mandiri terhadap lingkungan ataukah unsur yang pasif dan hanya bisa memberi
reaksi.
b) dikotomi passion –
reason
c) manusia dipandang
sebagai makhluk yang kehidupannya didorong oleh usaha untuk mencari cara
‘menguasai’ keinginan fisik melalui penolakan dunia materiil dan mencari
kebenaran dalam alam dan Tuhan (Neoplatonism)
- Pengaruh pada pemikiran tentang. nilai moral.
- Pemikiran pada masa Romawi memberi jalan bagi berkembangnya kekristenan.
c.
Pengaruh Kristen
Konteks sosial :
- masa penyebaran agama Kristen dengan tokoh Yesus sebagai perwujudan “manusia sempurna” beserta perilakunya yang harus jadi teladan.
- paham Tritunggal yang mengandaikan x=3x
- gereja dan para ulamanya berperan penting dalam masyarakat
- peran gereja menjadi dominan dalam perkembangan intelektualitas di masyarakat, banyak cendekiawan berlatar belakang ulama.
- secara gradual, gereja menjadi penentu nilai di masyarakat dan berhak melakukan sensor atas tulisan atau ide yang muncul. Gereja juga adalah penyelenggara pendidikan moral. Peran gereja dirasakan kurang memuaskan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, maka muncul universitas-universitas di Eropa yang menawarkan kebebasan berpikir secara lebih luas. Terjadi pertentangan antara gereja dan masyarakat.
Pengaruh pada
pandangan mengenai manusia :
- Manusia bukan hanya physical being, tetapi juga spiritual entity. Aspek spiritual tidak diatur oleh hukum alam. Jiwa manusia (soul) ada pada dunia yang tidak nyata (intangible), tidak dapat dibuktikan dengan mata, dan eksistensinya hanya dapat dibuktikan lewat percaya (iman).
- Menempatkan ide Plato dalam konteks kekristenan
- Usaha untuk menjelaskan hubungan antara body and soul sebagai suatu dualisme, bukan sst yang harus dipertentangkan, body dan soul masing-masing memiliki fungsi tersendiri.
Beberapa Tokoh abad
Ini:
1) St. Agustinus
· Filsuf pertama pada
masa Kekristenan.
· Tuhan adalah
kebenaran yang menciptakan manusia, bumi dan surga. Jiwa manusia adalah image
dari Tuhan.
· Pentingnya
eksplorasi spiritualitas sebagai usaha manusia untuk mendekatkan diri pada
Tuhan. Faktor materiil tidak penting, rationalitas juga tidak terlalu dapat
dipercaya. Maka pandangannya betul-betul merupakan kebalikan dari pandangan
natural science yang empiris dan objektif. Hanya melalui transendensi manusia
dapat sedekat mungkin dengan Tuhan dan berarti juga sedekat mungkin dengan
kebenaran.
· Sumbangan bagi
psikologi : metode introspective. Teknik utama manusia untuk melakukan
transendensi.
Dalam psikologi
modern teknik ini digunakan oleh beberapa aliran besar seperti strukturalisme
(teknik utama untuk menggali jiwa manusia), gestalt, dan psikoanalisa.
2) Thomas Aquinas
· Mentransformasikan
pandangan Aristoteles ke dalam konsep-konsep kekristenan. Apa yang dikenal
sebagai reason oleh Aristoteles diterjemahkan sebagai soul oleh Aquinas. Maka soul
adalah sesuatu yang vital bagi manusia, tujuan utamanya adalah memahami dunia,
hal yang tidak dapat dilakukan oleh fisik manusia semata.
· Namun demikian,
banyak act dari soul yang membutuhkan tubuh fisik manusia sebagai kekuatan yang
dapat mewujudkannya.
· Sumbangan bagi
science/psikologi modern :
ü Pengubahan mutlak
dari Aristoteles’ natural science
ü Pengembangan
dualisme
Sepanjang masa ini,
perdebatan mengenai manusia bergeser dari topik kehidupan yang luas, hubungan
antara manusia dengan lingkungannya /alam, ke arah pemahaman tentang kehidupan
secara lebih spesifik, yaitu hubungan antara aspek-aspek di dalam diri manusia
itu sendiri. Menunjukkan semakin mendalamnya perhatian dan concern awal
mengenai manusia itu sendiri. Meskipun demikian, pengaruh kuat gereja
menyebabkan pemikiran tentang manusia tidak bebas, dan otoritas ketuhanan tetap
dijunjung sebagai otoritas tertinggi
C. Masa Renaissans
Konteks sosial dan
intelektual
Masa ini merupakan
merupakan reaksi terhadap masa sebelumnya, dimana pengetahuan bersifat
doktrinal di bawah pengaruh gereja dan lebih didasarkan pada iman. Reaksi ini
sedemikian kuat sehingga dapat dikatakan peran nalar menggantikan peran iman,
ilmu pengetahuan menggantikan tempat agama dan iman di masyarakat. Semangat
pencerahan semakin tampak nyata dalam perkembangan science dan filsafat melalui
menguatnya peran nalar (reason) dalam segala bidang, dikenal sebagai the
age of reason. Akal budi manusia dinilai sangat tinggi dan digunakan untuk
membentuk pengetahuan.
Masa Rennaissance
ditandai dengan bergesernya fokus pemahaman dari God-centeredness menjadi
human-centerednes, dikenal dengan istilah sekularisasi atau humanity.
Tulisan-tulisan filsuf terkenal seperti Plato, Aristoteles dan lain-lain dikaji
untuk melihat bagaimana pola pikir penulisnya dan konteks histories waktu
tulisan itu dibuat. Maka yang dicari adalah human truth dan bukan God
truth. Kesimpulan akhirnya adalah penerimaan bahwa kebenaran memiliki lebih
dari satu perspektif.
D. Masa Pasca Renaisans dan Revolusi
Ilmiah
Konteks sosial dan
intelektual
Ada beberapa
pandangan penting tentang manusia pada masa ini:
Pola pikir yang lebih
mekanistik dalam memandang alam dan manusia. Itu berarti alam memiliki sistem,
dapat diramalkan, dan tidak tunduk pada hukum-hukum spritual belaka. Manusia
juga memiliki reason, kemampuan untuk berpikir logis dan dengan demikian tidak
tunduk total kepada hukum spiritual dan kesetiaan semata.
Penganjur :
- Teori Newton tentang gravitasi
- Heliosentris Copernicus (bertentangan dg Galileo)
- Mind-body solution dari Descartes
Nature philosophy :
alam diatur menurut hukum yang pasti, empirik dan dapat dibuktikan lewat
eksperimen. Memahami alam harus diikuti sikap mental pengujian fakta obyektif
dan eksperimental.
Implikasinya adalah
munculnya diskusi tentang. ‘knowledge’ yang menyebabkan perkembangan ilmu dan
metode ilmiah yang maju dengan pesat. Penekanan pada fakta-fakta yang nyata
daripada pemikiran yang abstrak. Ilmu-ilmu eksakta yang menggunakan pendekatan
empiri menjadi semakin dominan, sesuatu yang sampai sekarang juga masih dapat
dirasakan pengaruhnya. Pada masa ini ilmu fisikalah yang dikenal sebagai ‘the
queen of science’, dengan munculnya fisikawan besar seperti Newton.
Rene Descartes
(1596-1650) mengemukakan bahwa manusia memiliki dimensi jiwa dan raga yang
tidak dapat dipisahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar