PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
“Perkembangan Kognitif dan Psikososial
Selama Tiga Tahun Pertama”
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Nama : Merry
Aristha
Kelas : PS 21
Nim : 12181004
Fakultas Psikologi
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................................. 1
Daftar Isi
.......................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
.................................................................................................. 3
1.1 Latar
Belakang ............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
................................................................................................... 4
2.1
Perkembangan
Kognitif ………………………......................................................... 4
2.1.1
Pendekatan Klasik
…………………………………………………………………………. 4
2.1.2
Pendekatan –
pendekatan Baru ………………………………..…….…………….. 10
2.1.3
Perkembangan
Bahasa ………………………………………………….………………. 13
2.2
Perkembangan
Psikososial ............................................................................. 17
2.2.1
Dasar – dasar
Perkembangan Psikososial ………………..….…………………. 17
2.2.2
Isu Perkembangan
Pada Masa Bayi …………………………..…………………… 22
2.2.3
Isu Perkembangan
Pada Masa Batita ……………………………………………… 25
2.2.4
Hubungan dengan
anak-anak Lain …………………………………………………. 27
2.2.5
Anak-anak Dengan
Orang Tua Bekerja …………………………………………… 28
BAB III PENUTUP
……………………………………………………………………………………………………….. 29
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………… 29
Referensi …………………………………………………………………………………………………………………….. 30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan menurut Hurlock
(1980) adalah serangkaian perubahan yang progresif yang terjadi akibat dari
proses kematangan dan pengalaman.
Prosesnya secara biologis (menyebabkan perubahan pada ciri-ciri fisik
individu, misal: gen yang diturunkan dari orang tua, perkembangan otak, tinggi
badan, berat badan, perubahan kemampuan motorik, perubahan hormon dll),
kognitif (menyebabkan perubahan pemikiran,kecerdasan, dan kemampuan bahasa
individu.) dan sosio emosional (menyebabkan perubahan pada hubungan individu
dengan orang lain, perubahan emosi dan kepribadian.).
Masa
balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan seorang
individu. Pada masa ini, anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa, baik
dari segi fisik motorik, emosi, kognitif maupun psikososial. Selain itu
ditambah pula dengan kesenangannya dalam bereksplorasi dan seperti tak mengenal
rasa takut, maka segala gerakan yang diajarkan pada anak akan dianggap sebagai
satu permainan yang menyenangkan. Perkembangan anak berlangsung dalam proses
yang holistic atau menyeluruh. Karena itu pemberian stimulasinya pun perlu
berlangsung dalam kegiatan yang holistik.
Mengamati perkembangan fisik-motorik seorang
anak adalah hal yang sangat menarik. Mulai dari saat bayi yang tampak tidak
berbahaya, begitu kecil dan hanya bisa terlentang dan menangis, kemudian ia
mulai tumbuh dan berkembang. Tubuhnya semakin besar, ia mulai dapat miring,
tengkurap, duduk dan merangkak. Bayi itu kemudian berubah menjadi anak kecil
yang lucu yang dapat berdiri, berjalan, bahkan akhirnya ia dapat melompat dan
berlari. Tampak bahwa perkembangan tubuh dan keterampilan geraknya meningkat
dengan cepat sesuai dengan perkembangan usia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PERKEMBANGAN KOGNITIF SELAMA TIGA TAHUN
PERTAMA
2.1.1
Perkembangan Kognitif : Pendekatan Klasik
Pendekatan Behaviorisme : Mekanika Dasar
Pembelajaran
(behaviorist
approach) yaitu pendekatan untuk mempelajari perkembangan kognitif yang
berkaitan dengan mekanisme dasar pembelajaran. Bayi terlahir dengan kemampuan
untuk belajar melalui hal yang mereka lihat, dengar, hirup, kecap, dan sentuh,
serta mereka memiliki sebagian kemampuan mengingat yang mereka pelajari.
Mekanisme pembelajaran bayi anatara lain :
Ø Classical
dan Operant Conditioning
Classical Conditioning yaitu pembelajaran bayi berdasarkan
pengasosiasian suatu stimulus (pemberian refleks) yang biasanya tidak
menghasilkan respon tertentu. Classical
Conditioning memungkinkan bayi mengantisipasi suatu kejadian sebelum
terjadi dengan cara membentuk asosiasi antara
berbagai stimulus yang terjadi bersama secara rutin. Pembelajaran
berdasarkan konsep ini akan hilang bila tidak didorong oleh asosiasi yang
berulang.
Operant Conditioning yaitu pembelajaran bayi berdasarkan dorongan
atau hukuman contohnya ketika bayi belajar bahwa tersenyum akan mendatangkan
perhatian kasih sayang, maka bayi akan beraksi terhadap lingkungannya seperti
ketika bayi belajar untuk menghasilkan efek tertentu (perhatian) dengan
tersenyum terhadap orang di sekelilingnya.
Konsep ini lebih kepada penggunaan ingatan.
Ø Ingatan Bayi
Sebelum
kita berusia sekitar dua tahun biasanya kita tidak dapat mengingat apapun yang
terjadi pada kita sebelumnya hal ini di sebut amnesia infantile. Pendapat para tokoh seperti Piaget bahwa amnesia infantile terjadi karna
peristiwa masa awal tidak disimpan dalam ingatan disebabkan otak yang belum
cukup berkembang. Freud percaya bahwa ingatan masa awal disimpan tapi direpresi
disebabkan secara emosional menyakitkan. Nelson mengusulkan bahwa anak tidak
menyimpan berbagai peristiwa dalam ingatan sampai anak bisa membicarakannya.
Sekarang
peneliti menggunakan pendekatan Operant Conditioning untuk mengetahui
bahwa bayi akan mengulangi tingkah laku pada beberapa hari atau minggu kemudian
apabila mereka secara periodik diingatkan dengan situasi atau kejadian di mana
mereka mempelajari tingkah laku tersebut.
Pendekatan Psikometrik : Pengetesan
Perkembangan dan Kecerdasan
Perilaku cerdas (intelligent behavior) yaitu tingkah laku yang bersifat berorientasi
pada tujuan dan adaptif terhadap sirkumtasi dan kondisi hidup seperti
memperoleh, mengingat, dan menggunakan pengetahuan untuk memahami berbagai
konsep dan hubungan, serta untuk memecahkan masalah sehari-hari.
Tujuan pengetesan psikometrik adalah untuk
mengukur secara kuantitatif berbagai faktor yang diduga membangun kecerdasan
seperti pemahaman dan penalaran yang berguna untuk meramalkan kinerja di masa
mendatang seperti prestasi sekolah. Salah satu tes psikometrik untuk remaja dan
dewasa yaitu Tes IQ merupakan tes
untuk mengukur kecerdasan dengan membandingkan kinerja peserta tes dengan norma
terstandardisasi. Lain halnya dengan mengukur kecerdasan bayi yaitu dapat
dengan mengukur apa yang dapat mereka lakukan
seperti menggenggam giring-giring, namun sulit untuk memutuskan apakah
mereka tidak tahu caranya, enggan melakukannya, atau tidak sadar yang
diharapkan dari mereka, atau hanya kehilangan minat.
Ø Pengetesan
perkembangan bayi dan anak
Bayley Scales of Infant and Toddler
Development yaitu sebuah tes
yang dirancang untuk mengukur status perkembangan anak dari usia 1 bulan hingga
3 ½ tahun. Bayley III telah dinorma ulang dengan sampel yang representatif, ini
didesain untuk menunjukkan kekuatan, kelemahan dan kemampuan anak dalam tiap
lima domain perkembangan (kognitif, bahasa, motorik, sosial-emosional, dan
tingkah laku adaptif) untuk membantu orang tua dan ahli secara tepat membuat
rencana bagi anak. DQs (Development
Questients)yaitu skor terpisah dari informasi yang dikumpulkan dari
pengasuh dengan hasil tes Bayley yang nantinya akan berguna untuk deteksi dini
gangguan emosional, sensorik, saraf, dan lingkungan.
Ø Mengukur
dampak interaksi awal dalam keluarga
Kecerdasan dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
pengalaman. Home Observation for
Measurement of the Environment yaitu
instrument untuk mengukur pengaruh lingkungan rumah terhadap pertumbuhan
kognitif anak. Orang tua yang cerdas, berpendidikan, dapat lebih baik
memberikan lingkungan rumah yang merangsang dan positif serta karena mereka juga menurunkan gen mereka kepada anak mereka
(pengaruh genetik) bagi kecerdasan anak.
Enam aspek interaksi awal dalam keluarga yang
memfasilitasi perkembangan kognitif dan psikososial serta membantu
mempersiapkan anak bersekolah, yaitu :
1.
Dukungan untuk
menjelajahi lingkungan
2.
Mengajarkan
keterampilan kognitif dan sosial dasar
3.
Perayaan prestasi
4.
Tuntutan dalam
mempraktikan dan memperluas keterampilan
5.
Perlindungan dari
hukuman, ejekan atau penolakan terhadap kesalahan atau konsekuensi yang tidak
diinginkan dari menjelajah dan menguji coba ketermpilan baru
6.
Rangsangan bahasa
dan komunikasi simbolis lainnya.
Ø Intervensi
dini
Intervensi dini adalah proses sistematis perencanaan dan
pemberian layanan terapeutik dan edukatif untuk keluarga yang membutuhkan
bantuan dalam memenuhi kebutuhan perkembangan bayi, anak, dan anak prasekolah. Intervensi dini dapat membantu
melindungi anak dari resiko lingkungan.
Intervensi dini yang efektif adalah yang
1. Dimulai dini dan berlanjut hingga masa
prasekolah
2. Sangat berjadwal intensif (memberikan
kesibukan yang lebih secara bertahap)
3. Memberikan pengalaman edukatif secara
langsung, bukan hanya latihan bagi orang tua
4. Mengikutsertakan layanan kesehatan, konseling
keluarga, dan layanan social
5. Disesuaikan bagi perbedaan dan kebutuhan
individual.
Pendekatan
Piagetian : Tahap Sensorimotor
Tahap pertama dalam perkembangan kognitif
Piaget adalah tahap sensorimotor yaitu dari lahir hingga kira-kira usia 2
tahun, bayi belajar tentang diri dan dunia mereka dengan mengembangkan
aktivitas sensori dan motor mereka. Bayi berubah dari makhluk yang berespon
yang terutama melalui refleks dan tingkah laku acak, menjadi anak yang tingkah
lakunya berorientasi pada tujuan.
Ø Subtahap
Tahap Sensorimotor
Enam Subtahap Sensorimotor Perkembangan
Kognitif Piaget, yaitu :
1.
Penggunaan
Refleks :
Usia lahir hingga 1 bulan, bayi melatih
refleks bawaan mereka dan mendapatkan kontrol dalam menggunakannya. Mereka
tidak mengoordinasikan informasi dari pancaindranya. Mereka tidak menggenggam
objek yang sedang mereka lihat.tingkah laku biasanya bayi mulai mengisap ketika
payudara ibunya di mulutnya
2.
Reaksi Sirkuler
Primer :
Usia 1 hingga 4 bulan, bayi mengulang-ulang
tingkah laku menyenangkan yang pertama kali terjadi kebetulan (seperti
mengisap). Bayi memperoleh adaptasi pertama yaitu mereka mulai mengoordinasi
informasi sensori dan menggenggam objek. Bayi biasanya dapat menyesuaikan
dirinya mengisap puting karet.
3.
Reaksi
sirkuler sekunder :
usia 4 hingga 8 bulan, bayi makin tertarik
pada lingkungan ,mereka mengulang-ulang tindakan yang memberikan hasil yang
menarik seperti mengguncang giring –giring. Berbagai tindakan disengaja tapi
belum bertujuan . biasanya bayi menumpahkan butiran sereal kering dan melihat
masing masing butiran jatuh kelantai.
4.
Reaksi skema
sekunder :
usia 8 hingga 12 bulan, tingkah laku mulai
diengaja dan bertujuan sejalan dengan bayi mengkoordinasikan skema telah
dipelajari seperti menatap dan mengguncang giring-giring.mereka dapat
mengantisipasi berbagai kejadian.
5.
Reaksi sirkular
tersier :
usia 12 hingga 18 bulan ,anak menunjukan rasa
ingin tau dan bereksperimen , dengan penuh tujuan untuk melihat hgasilnya,
mereka mencoba aktivitas baru dan menerapkan
trial- and- error untuk memecahkan masalah.
6.
Kombinasi mental
:
usia 18 hingga 24 bulan ,anak tidak lagi
menerapkan trial- and- error
untuk memecahkan masalah karena
mereka sudah dapat mepresentasikan secara mental berbagai kejadian. Anak mulai
mendemontrasikan insight, mereka
dapat menggunakan symbol seperti isyarat dan kata , serta dapat berpura –pura.
Ø Apakah
kemampuan Imitasi Berkembang Lebih Dini dari yang Piaget Kira?
Imitasi tidak terlihat (invisible
imitation) yaitu imitasi menggunakan bagian tubuh seseorang yang tidak bisa
dilihat orang lainnya, seperti mulut yang berkembang kira-kira pada usia 9
bulan. Imitasi terlihat (visible imitation) yaitu imitasi
menggunakan bagian tubuh seseorang yang bisa dilihat orang lainnya, seperti
penggunaan tangan atau kaki. Terjadi
ketika bayi berumur kurang dari 72 jam. Anak di bawah umur 18 bulan tidak dapat
melakukan imitasi tertunda (deferred imitation) yaitu suatu tindakan
yang mereka lihat di suatu waktu sebelum mereka mengembangkan kemampuan
mempertahankan representasi mental. Tapi menurut meltzoff bahwa imitasi tertunda dari suatu kejadian yang baru atau
kompleks tampaknya mulai muncul pada usia 6 hingga 9 bulan.
Elicited imitation yaitu metode penelitian dimana bayi atau anak
dibuat mengimitasi serangkaian tindakan khusus yang mereka telah lihat tapi
belum tentu pernah lakukan sebelumnya. Elicited imitation jauh lebih andal
dalam dua tahun pertama. Empat faktor yang menentukan kemampuan mengingat anak,
yaitu :
1.
Banyaknya urutran
peristiwa yang telah dialami
2.
Apakah anak
secara aktif berpartisipasi atau sekedar mengamati
3.
Apakah anak
diingatkan secara verbal tentang pengalaman tersebut
4.
Apakah urutan
peristriwa terjadi menurut urutan logis dan kausal
Ø Perkembangan
Perngetahuan tentang Objek dan Ruang
Konsep objek : ide bahwa berbahgai objek
memiliki eksistensi , karakteristik, dan lokasi diruang yang mandiri sangat
fundamental bagi pandangan yang tepat terhadap realitas fisik, konsep ini
merupakan dasar bagi keawasan anak bahwa mereka ada terpisah dari berbagai
objek dan orang lain. Salah satu aspek konsep objek adalah Permanensi Objek Yaitu
istilah piaget untuk pemahaman bahwa seseorang atau objek tetap ada walaupun
tidak terlihat, seperti pada permainan cilukba. Tidak hanya naluri permanensi
objek yang dimiliki oleh bayi tetapi juga bayi dapat memahami kausalitas dan
kategorisasi untuk konsep dasar norma, dan mengetahui berbagai macam prinsip
tentang dunia fisik.Metode yang berdasarkan pada tingkahlaku mencari-cari, bayi
mengeliminasi kebutuhan motor apapun
sehingga dapat digunakan pada usia dini.
Perkembangan simbolis , kompetensi pictorial
dan bepikir special merupakan salah satu manifestasi perkembangan. Menurut hipotesis representasi dual :
menyatakan bahwa anak dibawah usia 2 tahun kesulitan memahami hubungan special
karena kebutuhan untuk menyimpan lebih dari satu representasi mental secara
bersamaan
Ø Mengevaluasi
Tahap Sensorimotor Piaget
Berdasarkan penelitian menggunakan tugas-tugas
yang disederhanakan dan alat-alat modern menunjukan bahwaberapa keterbatasan yang piaget temukan dalam
kemampuan kognitif dini mungkin malah sebetulnya mencerminkan keterampilan
linguistic dan motorik yang belum matang.oleh karena itu dalam beberapa hal
bayi dan anak tampak secara kognitif lebih kompeten dari pada yang piaget
bayangkan. Persepsi bayi jauh lebih maju dibandingkan kemampuan motoriknya.
2.1.2 Meneliti Perkembangan kognitif : Pendekatan – pendekatan Baru
Pendekatan Pemrosesan Informasi : Persepsi dan
Representasi
Pendekatan ini bertujuan mendeskripsikan
berbagai proses mental yang terlibat ketika seseorang memperoleh dan mengingat
informasi atau memecahkan masalah ,disbanding sekedar menyimpulkan perbedaan
pada fungsi mental dari jawaban-jawaban
yang diberikan atau masalah-masalah yang dipecahkan.
Habituasi yaitu jenis pembelajaran dimanafamiliaritas
terhadap stimulus seperti berkas cahaya dapat mengurangi, memperlambat atau
mengentikan respon. Sedangkan dishabituasi
yaitu peningkatan keresponsitifan terhadap stimulus baru. Efisiensi habituasi
berhubungan dengan tanda –tanda perkembangan kognitif dikemudian hari seperti
preferensi terhadap kompleksitas, eksplorasi yang cepat terhadap lingkungan ,
melakukan permainan dengan baik, memecahkan masalah dengan cepat, dan kemampuan
untuk mencocokan berbagai gambar.
Ø Kemampuan
perceptual serta pemprosesan visual dan
auditori
Preferensi visual yaitu : kecenderungan bayi
memandang sesuatu lebih lama daripada memandang yang lain, seperti bayi yang
berusia kurang dari 2 hari lebih menyukai garis kurva dibandingkan garis lurus,
objek tiga dimensi daripada objek dua dimensi. Ingatan pengenalan visual yaitu
: kemampuan untuk membedakan stimulus visual yang familiar dari yang tidak
familiar ketika keduanya diperhatikan secara bersamaan. Habituasi dan novelti
preference menurut para ahli menunjukan bahwa paling tidak kemampuan
representasional dasar sudah ada sejak lahir atau segera setelah lahir dan
dengan cepat menjadi lebih efesien. Serta bayi dapat ,membedakan suara yang
sudah pernah mereka dengar dari yang belum.
Fakta bahwa bayi baru lahir akan menoleh
kearah sumber suara menunjukan bahwa mereka mengasosiasikan pendengaran dengan
penglihatan. Kemampuan yang lebih canggih lagi yaitu transfer lintas modal (
cross –modal transport ) : merupakan kemampuan untuk menggunakan informasi yang
diperoleh satu indra untuk memuntun indra yang lain seperti ketika seseorang
menegosiasikan ruangan gelap dengan meraba lokasi dengan berbagai objek
familiar atau mengidentifikasi berbagai
objek dengan penglihatan setelah merabanya dengan mata tertutup. Kapasitas
perhatian gabungan , atau eksplorasi perceptual gabungan yang mungkin berperan
dalam interaksi social , pemerolehan bahasa dan pemahaman keadaan mental orang
lain berkembang pada usia 12 bulan, ketika bayi melakunan respon terhadap
tatapan orang dewasa dengan melihat atau menunjuk kearah yang sama.
Ø Pemprosesan
informasi sebagai predictor kecerdasan
Fungsi-fungsi kognitif bayi mempunyai sedikit
persamaan dengan anak yang lebih tua atau orang dewasa dengan kata lain
terdapat dikontiunitas pada perkembangan kognitif. Kemampuan yang digunakan
untuk mengolah informasi sensorik berkaitan dengan pengukuran tes kecerdasan kemampuan
kognitif., serta IQ masa kanak dari pengukuran –pengukuran habituasi dan
ingatan pengenalan tidak terlalu kuat, tidak lebih tinggi dari pada
prediktibilitas dari ingatan pendidikan orang tua dan status social ekonomi
serta tidak setinggi prediktibilitas tingkah laku dari bayi, seperti vokalisasi
dini.
Ø Pemprosesan
informasi dan perkembangan kemampuan piagetian
Pada
tahap ini terdapat perkembangan kognitif bayi yaitu kausalitas , kategorisasi ,
permanensi objek , dan angka yang seluruhnya bergantung pada formasi
representasi mental. Kausalitas yaitu prinsip bahwa satu
kejadian menyebabkan kejadian lain, penting karena memungkinkan seseorang untuk
meramalkan dan mengendalikan dunianya. Kategorisasi
membagi dunia kedalam kategori yang bermakna merupakan hal yang penting
terhadap tingkah laku berpikir mengenai berbagai obkjek dan konsep serta
keterkaitanya. Permanensi Objek
penelitian pelanggaran terhadap ekspektasi yaitu metode penelitian dimana
habituasi terhadap suatu stimulus yang berkonflik dengan pengalaman dianggap
sebagai bukti bahwa bayi mengenali stimulus baru tersebut sebagai hal yang
mengejutkan. Berdasarkan beberapa temuan , diduga bahwa bayi lahir dengan
kemampuan bernalar ( mekanisme belajar bawaan yang membantu mereka memahami
informasi yang mereka temui) atau mungkin memperoleh kemampuan ini sangat dini
. Angka, penelitian pelanggaran terhadap ekspektasi
menunjukan bahwa pemahaman angka mungkin sudah dimulai jauh sebelum sub tahab
keenam piaget , yaitu ketika dia mengklaim anak mulai menggunakan symbol.
Pendekatan Neurosains Kognitif : Struktur
Kognitif Otak
Mengembangkan keyakinan piaget bahwa pemtangan
neurologis merupakan factor besar dalam perkembangan kognitif pertumbuhan otak
terjadi bersamaan dengan perubahan-perubahan pada tingkah laku kognitif serupa
dengan yang piaget gambarkan. Ingatan
eksplisit yaitu ingatan intensional yang bersifat sadar atau yang disengaja
umumnya terdiri dari berbagai fakta , nama, peristiwa, hal lain yang seseorang
dapat urutkan dan nyatakan.
Ingatan
implisit yaitu pengambilan kembali
informasi tampa sadar, umumnya berisi kebiasan dan keterampilan, kadang
disebut ingatan procedural. Bagian otak yaitu korteks prefrontal dipercaya
mengatur berbagai aspek kognisi , bagian otak ini berkembang lebih lambat
dibanding bagian lain. Korteks prefrontal dan jaringan sirkuit yang berkaitan
dengannya mengembangkan kapasitas ingatan kerja yaitu penyimpanan jangka pendek
terhadap informasi yang diolah, atau dikerjakan secara aktif oleh otak.
Pendekatan Sosial-Konsektual :
Pembelajaran melalui Interaksi dengan Pengasuh
Guided participation yaitu partisipasi orang
dewasa dalam aktifitas anak dengan cara yang membantu struktur aktifitas serta
menjadikan pemahaman anak terhadap aktifitas itu mendekati pemahaman si orang
dewasa . Konsep ini diinspirasi oleh pandangan pembelajaran vygotsky sebagai proses
kolaboratif. Konteks budaya dapat
mempengaruhi cara pengasuh memberikan konstribusi terhadap perkembangan
kognitif serta keterlibatan langsung orang tua dalam tingkah laku bermain dan
pembelajaran anak.
2.1.3
Perkembangan Awal Bahasa
Bahasa yaitu : system komunikasi berdasarkan
kata dan tata bahasa. Bicara Pralinguistik (prelinguistic speech) yaitu :
pendahulu bicara linguistic, ucapan dari suara yang bukan suara. Mencakup
menangis, berceloteh serta imitasi sengaja dan imitasi tidak di sengaja dari suara
tanpa mengerti artinya. Bayi mengucapkan kata pertama mereka di sekitar akhir
tahun pertama, dan anak mulai berbicara dalam kalimat utuh sekitar 8 bulan
hingga satu tahun kemudian.
Urutan Perkembangan Bahasa Awal
Ø Vokalisasi
Dini
pada keteranagn
diatas tahap ini terjadi dari no 1 sampai no 7 dibawah ini.
Titik awal
perkembangn bahasa dari lahir hingga usia 3 tahun, yaitu :
Lahir : bayi mampu mempersepsi bicara,
menangis, dapat melakukan respons terhadap suara
ü
1 ½ hingga 3
bulan : mengeluarkan bunyi tanpa arti sama sekali dan tertawa.
ü
3 bulan : bermain
dengan suara bicara
ü
5 hingga 6 bulan
: mengeluarkan suara konsonan, mencoba mencocokkan hal yang ia dengar
ü
6 hingga 10 bulan
: mulai memahami kata (biasanya “tidak” dan nama sendiri), meniru suara
ü
10 hingga 12
bulan : menggunakan beberapa isyarat social
ü
10 hingga 14
bulan : mengucapkan kata pertama (biasanya label untuk sesuatu)
ü
10 hingga 18
bulan : mengucapkan satu kata
ü
13 bulan :
memahami fungsi simbolis penamaan, menggunakan isyarat yang lebih terkolaborasi
ü
14 bulan :
menggunakan isyarat simbolis
ü
16 hingga 24
bulan : mempelajari banyak kata baru, memperluas kosakata dengan sangat cepat,
dari sekitar 50 hingga sebanyak 400 kata, menggunakan kata kerja dan kata sifat
ü
18 hingga 24
bulan : mengucapkan kalimat pertama (2 kata)
ü
20 bulan :
berkurang dalam menggunakan isyarat, menamakan lebih banyak hal
ü
20 hingga 22
bulan : komprehensi meledak
ü
24 bulan :
menggunakan frase dua kata, tidak lagi berceloteh, ingin berbicara
ü
30 bulan :
mempelajari kata baru hamper tiap hari, berbicara dalam kombinasitiga atau
lebih kata, memahami dengan baik, membuat kesalahan gramatikal
ü
36 bulan :
menggunakan hingga 1.000 kata, 80 persen tidak jelas, membuat kesalahan pada
sintaks
Ø Mengenali
Suara Bahasa
Proses ini bermula dari dalam kandungan, ke
tahap selanjutnya hingga bayi berusia 9 bulan dimana tampaknya bayi mencerna
pola penyukukataan
Ø Gestur
pada usia 9 bulan, anak menunjuk objek. Gestur
biasanya dating secara ilmiah, dan ternyata fungsi isyarat tidak bergantung
pada ada atau tidaknya model atau pengamat, tapi tampaknya merupakan bagian
bawaan dari proses berbicara
Ø Kata Pertama
bicara linguistik yaitu ekspresi verbal
didesain untuk menyampaikan makna. Holofrasa yaitu : satu kata yang
menyampaikan satu pikiran lengkap contoh; “da” mungkin berarti “saya ingin
itu”, “saya ingin keluar”, atau “mana ayah?”.
Ø Kalimat
Pertama
Anak melakukan
tahap berikut ini pada usia 18 dan 24 bulan. Awalnya anak bisa
menggunakan bicara telegrafis yaitu bentuk dini kalimat yang digunakan, terdiri
atas sedikit kata esensial. Anatara usia 20 dan 30 bulan anak mengalami
peningkata kompetensi dalam sintaks yaitu : aturan-atauran untuk merangkai
kalimat dalam bahasa mereka. Mereka menjadi seakan-akan nyaman terhadap
artikel, preposisi, konjungsi, kata jamak, akhiran kata kerja, bentuk lampau,
dan berbagai bentuk kata kerja.
Karakteristik bicara awal
Bicara awal memiliki karakteristik sendiri,
apapun bahasa yang digunakan anak. Anak menyederhanakan, menggunakan bicara
telegrafik untuk secukupnya meyampaikan makna. Anak memahami hubungan
gramatikal yang mereka belum mampu ungkapkan. Anak mempersempit makana kata.
Anak juga memperluas makna kata. Anak melebih ketatkan aturan.
Teori Klasik Pemerolehan Bahasa :
debat nature – nurture
Skinner berkeras bahwa pembelajaran bahasa,
seperti pembelajaran yang lain, didasarkan pada pengalaman. Menurut teori
pembelajaran klasik, anak mempelajari bahasa melalui operan conditioning.
Observasi, imitasi dan dorongan mungkin memang berperan terhadap perkembangan
bahasa, tetapi seperti diargumentasikan Chomsky, dengan sangat persuasive,
berbagai tingkah laku tersebut tidak dapat memberikan penjelasan secara
lengkap. Satu hal yang pasti, kombinasi kata dan nuansa sangatlah banyak dan
rumit sehingga tidak dapat diperoleh dengan imitasi dan dorongan khusus.
Pandangan Chomsky sendiri disebut nativisme yaitu : teori bahwa otak manusia
memiliki kapasitas bawaan untuk memperoleh bahasa serta Chomsky berpendapat
bahwa alat pemeroleh bahasa (LAD) yaitu mekanisme bawaan memprogram otak bayi
untuk menganalisis bahasa yang mereka dengar dan untuk menemukan
aturan-aturannya. Baru-baru ini Chomsky mengidentifikasi satu set sederhana
prinsip universal yang mendasari semua bahasa dan satu mekanisme multi tujuan
untuk menghubungkan suara ke makna.
Berbagai pengaruh terhadap
perkembangan bahasa awal
Ø Faktor
neurologis
Tangisan bayi yang baru lahir dikendaikan oleh
batang otak dan pons, bagian otak yang paling primitive dan paling dahulu
berkembang. Celoteh yang berulang-ulang mungkin muncul dengan maturasui dari
bagian korteks motorik yang
mengendalikan gerakan wajah dan tenggorokan. Pada tahun kedua, ketika anak
mulai berbicara, jalur saraf yang menghubungkan auditori dan aktivitas motorik
menjadi matang.
Penelitian terhadap anak-anak yang mengalami
kerusakan otak menunjukkan bahwa periode sensitive yang terjasi sebelum
lateralisasi bahasa bersifat menetap. Sifat plastisitas oatk bayi sepertinya
memungkinkan berbagai fungsi ditransfer dari area yang rusak ke wilayah lain.
Dengan demikian, orang dewasa yang hemisferkirinya diangkat atau terluka akan
mengalami kerusakan bahasa yang parah.temuan-temuan yang ada menunjukkan bahwa
penugasan fungsi bahasa pada struktur bahasa mungkin merupakan proses bertahap
yang terkait dengan pengalaman verbal dan perkembangan kognitif.
Ø Interaksi
sosial : peran orang tua dan pengasuh
Periode pralinguistik : pada tahap berceloteh, orang dewasa
membantu anakberkembang kearah bicara yang utuh dengan mengulang-ulang suara
yang dikeluarkan bayi. Imitasi oleh orang tua terhadap suara bayi sangat
mempengaruhi kecepata pembelajaran bahsa.
Perkembangan kosakata : bayi belajar dengan mendengarkan hal yang
diucapkan orang dewasa. Ketika bayi mulai berbicara, orang tua atau pengasuh
sering membantu mereka dengan mengulang kata pertama mereka dan melafalkannya
secara benar. Pencampuran code yaitu : penggunaan elemen dari dua bahasa,
kadang dalam ucapan yang sama, oleh anak yang masih muda dalam keluarga di mana
kedua bahasa digunakan. Pertukaran code yaitu : mengubah bicara seseorang
menjadi cocok dengan situasi, seperti pada seorang yang bilingual.
Ø Child –
directed speech
Yaitu bentuk bicara yang sering digunakan pada
bayi dan anak, termasuk bicara perlahan dan disederhanakan, dengan nada bicara
yang tinggi, suara vokal yang dilebih-lebihkan, dan banyak repitisi, juga
disebut parentese
Ø Mempersiapkan
literasi : keuntungan membaca lantang
Literasi yaitu : kemampuan membaca dan
menulis. Literasi dapat dipengaruhi oleh frekuensi orang tua atau pengasuh
dalam membaca serta cara mereka melakukannya. Orang dewasa memiliki tiga jenis
gaya membaca pada anak,yaitu :gaya penggambar (describer style), gaya pemahaman (comprehender style), gaya orientasi-pertujukan (performance-oriented style).
2.2
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL SELAMA TIGA TAHUN
PERTAMA
2.2.1 Dasar-dasar Perkembangan Psikososial
Emosi
Emosi adalah reaksi subjektif terhadap
pengalaman yang diasosiasikan dengan perubahan psikologis dan perilaku. Setiap
manusia normal memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk merasakan emosi.
Budaya mempengaruhi bagaimana orang merasakan situasi tertentu dan cara
menunjukkan emosi mereka. Emosi adalah masalah yang subjektif, dan sangat sulit
dipelajari. Penelitian awal berusaha untuk mengidentifikasi kapan emosi
tertentu ditunjukkan pertama kali. Teori pembelajaran menjelaskan perkembangan
ini sebagai hasil dari pengkondisian. Emosi sangat erat berkaitan dengan aspek
perkembangan yang lain, misalnya seorang bayi baru lahir yang diacuhkan secara
emosional- tidak dipeluk, disayang, atau tidak diajak bicara-akan menunjukkan
kegagalan tumbun nonorganik, yaitu kegagalan untuk tumbuh dan mendapatkan berat
badan yang seharusnya walaupun dengan nutrisi yang tepat.
Ø Tanda-tanda
Pertama Emosi
Para bayi yang baru lahir menunjukkan
ketidaksenangan mereka dengan cara yang sederhana. Mereka mengeluarkan tangis
yang memekakan telinga, menendang-nendang tangan dan kaki serta mengejangkan
tubuh mereka. Makna dari sinyal emosional bayi berubah-ubah. Pada awalnya
menangis menunjukkan ketidaknyamanan fisik, namun di kemudian hari, menangis
lebih sering bentuk ekspresi tekanan psikologis.
Menangis : Menangis adalah cara paling ampuh dan
terkadnag merupakan satu-satunya cara bayi untuk mengkomunikasikan kebutuhan
mereka. Beberapa riset telah membedakan empat pola tangisan. tangisan lapar ( hunger cry ) yaitu tangisan ritmis
yang tidak selalu diasosiasikan dengan rasa lapar, tangisan marah ( angry cry )yaitu variasi tangisan
ritmis dimana pengeluaran udara dilakukan melalui pita suara, tangisan sakit ( pain cry ) yaitu tangisan keras yang
terjadi tiba-tiba tanpaada isakan pendahuluan, terkadang diikuti dengan penahan
napas, tangis frustasi ( frustration cry
) yaitu dua atau tiga tangisan “kering” tanpa diikuti dengan segukan.
Semakin tertekan suara si bayi, semakin segera
responsnya. Akan tetapi, respon sangat mungkin bergantung kepada situasi.
Pengasuh misalnya, mungkin akan merespon sedikit lebih lambat jika mereka yakin
tangisan tersebut merupakan awal keinginan untuk tidur. Secara ideal,
pendekatan yang baik untuk perkembangan adalah yang dianut oleh orang tua
Catherine Betson : mencegah rasa tertekan sehingga penenangan tidak dibutuhkan.
Tersenyum dan tertawa : Senyuman lemah paling awal muncul segera
setelah kelahiran, yang merupakan hasil dari aktivitas system saraf
subkortikal. Senyuman tersebut semakin jarang pada tiga bulan pertama seiring
dengan matangnya korteks. Senyum sadar (walking
smile) paling awal dapat diperoleh melalui sensasi lembut, seperti
bunyi-bunyian lembut atau tiupan kepada kulit bayi.Pada sekitar empat bulan,
bayi mulai mengeluarkan tawa ketika perutnya dicium. Dan siring dengan pertambahan
usia, bayi akan semakin aktif terlibat dalam pertukaran tawa. Seorang bayi
berusia enam bulan akan terkekeh-kekeh dalam merespon suara aneh yang dibuat
ibunya atau terhadap ibunya yang tampil dengan seluruh wajah ditutupi handuk;
pada usia 10 bulan, si bayi akan berusaha mengembalikan handuk tersebut ke
wajah ibunya, sambil tertawa. Perubahan ini mencerminkan perkembangan kognitif
dengan tertawa terhadap peristiwa yang tiba-tiba, si bayi menunjukkan bahwa
mereka mengetahui apa yang akan muncul. Dengan membalikkan muka, mereka
menunjukkan kesadaran bahwa mereka dapat mewujudkan sesuatu. Tawa juga membantu
bayi mengendurkan ketegangan seperti ketakutan terhadap suatu benda.
Ø Kapan Emosi
Muncul
Emosi dasar
Merujuk kepada satu model (Lewis, 1997), segera
setelah lahir, bayi menunjukkan sinyal kegembiraan, ketertarikan dan
ketertekanan. Semua ini merupakan respon menyebar, reflekssif dan mayoritas
bersifat psikologis terhadap rangsangan sensoris atau proses internal. Pada
enam bulan ke depan atau lebih, semua kondisi emosional awal ini terpilah
menjadi emosi yang sebenarnya, rasa gembira sedih, jijik, marah dan takut yang
merupakan reaksi terhadap even yang bermakna bagi bayi. Sebagaimana yang akan
kita bahas pasa bagian berikutnya, kemunculan emosi dasar ini berkaitan dengan
“jam” biologis kematangan neurogikal.
Emosi yang
Melibatkan Diri
Emosi kesadaran diri seperti rasa malu, dan
iri, baru muncul setelah si anak mengembangkan pemahaman diri (self awareness) : pemahaman kognitif
bahwa mereka memiliki identitas yang dapat dikenali, yang terpisah dan berbeda.
Pemahaman diri merupakan keharusan bagi seorang anak sebelum ia menyadari bahwa
dirinya menjadi focus perhatian, mengidentifikasikan apa yang dirasakan “diri”
orang lain, dan berharap memiliki apa yang dimiliki orang lain. Dengan memiliki
pemahaman diri dan pengetahuan yang luas tentang standar yang diterima
masyarakat, peraturan dan tujuan si anak menunjukkan emosi evaluasi diri (self evaluation emotions) seperti rasa
bangga, malu, dan bersalah. Rasa bersalah dan malu adalah dua emosi yang
berbeda, walaupun keduanya sama-sama merupakan respon terhadap perilaku yang
salah. Focus mereka adalah perilaku yang buruk, bukan diri yang buruk. Seorang
anak yang merasa bersalah akan mencoba untuk membuat perbaikan kecil.
Empati:
Merasakan yang Dirasakan Orang Lain
Empati-kemampuan untuk memposisikan diri pada
posisi orang lain dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Empati
bergantung pada kognisi social (social
cognition); kemampuan kognitif untuk memahami bahwa orang lain juga
memiliki kondisi mental dan kemampuan untuk mengukur perasaan dan perhatian
mereka.
Ø Pertumbuhan
Otak dan Perkembangan Emosional
Pertumbuhan otak setelah lahir berkaitan erat
dengan perubahan emosi. Seorang bayi yang baru lahir hanya memiliki indera
kesadaran yang menyebar dan sangat mudah di overstimulasi dan dibuat kecewa
dengan suara, cahaya, dan sumber perangsang sensor lainnya. Terdapat empat
perubahan utama dalam organisasi otak, yang tampak-nya berhubungan secara langsung
dengan perubahan dalam pemrosesan emosi. Yaitu :
1.
pada tiga bulan
pertama, ketika serebral korteks
mulai berfungsi, terjadi pemilihan emosi dasar.
2.
Perubahan kedua
terjadi sekitar 9 atau 10 bulan, ketika lobus
fortal mulai berinteraksi dengan sistem limbik, tempat reaksi emosional.
3.
Pada saat yang
bersamaan, struktur limbik seperti hippocampus
semakin membesar dan semakin mirip dengan yang dimiliki oleh orang dewasa
4.
Hubungan antara
kortek frontal dan hipotalamus serta system limbic, dapat memfasilitasi hubungan
antara belahan kognitif dan emosional
Temperamen
Tempramen didefinisikan sebagai karakteristik
seseorang, cara mendasar biologis untuk mendekati dan bereaksi terhadap orang
dan situasi. Seorang anak mungkin tidak
melakukan tindakan yang sama untuk semua situasi. Tempramen bukan saja
cara anak mendekati dan bereaksi
terhadap dunia luar tetapi juga cara mereka meregulasi fungsi mental,
emosional, dan perilaku mereka. Terpramen memiliki basic emosional akan tetapi ketika
emosi seperti rasa takut, gembira, dan bosan datang dan pergi tempramen
cenderung konsisten dan berkesinambungan.
Ada 3 pola tempramental yang merujuk kepada
New York Longitudinal Study (NYLS):
-
Easy Child : Anak
dengan tempramen yang umumnya bahagia ritme biologis yang reguler dan siap menerima
pengalaman baru
-
Difficult Child :
Anak dengan tempramen yang lekas marah, ritme biologis tidak teratur dan respon
emosionalyang inten
-
Slow to WarmUp
Child : Anak dengan tempramen yang lembut tapi ragu-ragu dalam menerima
pengalaman baru
Kunci dari penyesuaian
diri yang sehat adalah Goodness of Fit, yaitu kesesuaian antara tempramen anak
dengan tuntutan lingkungan dan tekanan yang harus dihadapinya termasuk
tempramen pengasuh. Ketika orang tua menyadari yang dilakukan si anak bukan
sebuah kemalasan tapi lebih disebabkan oleh tempramen bawaan, maka mereka akan
cenderung kurang merasa bersalah
Ø Dasar
Biologis Tempramen
Seperti emosi tempramen juga memiliki basis
biologis. Aspek-aspektempramen disebut : menahan diri dari yang asing atau rasa
malu, segan yang memainkann peran dalam seberapa soaialnya seorang anak dengan
anak yang lain dan seberapa berani atau berhati-hatinya anak tersebut dalam
mendekati objek dan situasi yang asing. Semuakarakter ini diasosiasikan dengan
perbedaan fisik seperti warna mata dan fungsi otak
Ø Perbedaan
Lintas Kultur
Tempramen dapat dipengaruhi oleh budaya yang
mempengaruhi praktik membesarkan anak misalnyabayi di malaysia cenderungkurang
dapat beradaptasi, lebih cemas terhadap pengalaman baru ketimbang bayi di AS.
Halini disebabkan orang tua yang jarang menghadapkan bayinya dalam situasi yang
menuntut kemampuan beradaptasi.
Pengalaman Sosial Awal : Bayi dalam
Keluarga
Praktik pengasuhan bayi dan pola interaksi
sangat bervariasi,tergantung kepada pandangan budaya terhadap karakterisitik
dan kebutuhan bayi. Jadi pola pengasuhan
bayi suatu daerah atau negara sangat mungkin berbeda dengan wilayah lainnya.
Misalnya saja di suku Efe Afrika Tengah,bayi biasanya menerima pengasuhan dari
lima atau lebih orang secara bergiliran dan rutin disusui oleh wanita selain
ibunya. Gaya pengasuhan yang berbeda ditunjukkan oleh para orang tua di AS yang
menekankan bermain secara fisik dengan bayi mereka. Karena itu,kita harus sadar
bahwa interaksi orang dewasa dan bayi terjadi karena berbasis kultur
Ø Peran Ibu
Dalam eksperimen yang dilakukan oleh Harry
Harlow, seekor anak monyet dibesarkan dalam laboratorium bersama dua buah ibu
monyet buatan. Yang pertama terbuat dari
kawat yang menyerupai monyet dan bisa menyusui. Yang satu lagi ibu
buatan yang terbuat dari bahan handuk yang lembut namun tidak bisa menyusui.
Dalam ruang asing tersebut, sang anak monyet menunjukkan kecenderungan untuk
bergelayutan di ibu “handuk” bahkan ketika dipisahkan dan dipertemukan kembali,
sang anak monyet tersebut langsung memeluk bahan yang terbuat dari handuk. Dari
sini dapat disimpulkan bahwa peran ibu bukan hanya sebagai pemberi makan, tapi
juga mencakup kontak fisik yang nyaman.
Ø Peran Ayah
Peran ayah dianggap sebagai konstruksi sosial
(Doherty, Kouneski, Erickson). Peran terbut bisa diambil alih oleh orang yang
bukan ayah biologisnya, seperti saudara
laki-laki dari ibu. Peran ayah,seperti juga ibu, menimbulkan komitmen emosional
dan sering kali keterlibatan langsung dalam membesarkan dan merawat anak.
Ketiadaan ayah dapat mempengaruhi anak dalam hal kekurangan ekonomi sampai
tekanan psikologis.
Ø Bagaimana
Orang Tua Membentuk Perbedaan Jender
Menjadi pria atau wanita berpengaruh terhadap
bagaimana orang melihat, bagaimana mereka menggerakan tubuh, bekerja, bermain
dan berpakaian. Hal tersebut mempengaruhi apa yang mereka pikirkan tentang diri
mereka sendiri dan yang orang lain pikirkan tentang mereka. Pembentukan
kepribadian anakkali-laki dan perempuan oleh pola pengasuhan dimulaidari usia
yang sangat dini. Ayah secara khusus memperkenalkan pengelompokan jender
(Gender-typing),sebuah proses dimana si anak belajar berperilaku yang dianggap
sesuai untuk jenis kelamin tertentu oleh kultur mereka. Ayah seorang balita akan bermain lebih kasar dengan
anak laki-lakinya dan akan lebih berhati-hati dengan anak perempuannya
2.2.2
Isu Perkembangan pada Masa Bayi
Mengembangkan Rasa Percaya
Tahap perkembangan psikososial pertama yang
diidentifikasikan oleh Erikson adalah kepercayaan
dasar versus ketidakpercayaan dasar. Tahap ini dimulai dari sejak lahir
hingga usia 12-18 bulan. Pada awal ini, bayimengembangkan rasa ketergantungan
kepada orang lain dan objek di dunia mereka. Jika kepercayaan yang mendominasi,
maka akan mengembangan harapan bayi bahwa mereka bisa memenuhi apa yang mereka
butuhkan dan apa yang mereka inginkan. Namun jika ketidakpercayaan yang
mendominasi, maka anak akan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak
bersahabat dan tidak dapat diprediksi dan akan memilikki kesulitan dalam
memulai hubungan.
Mengembangkan Kelekatan
Kelekatan (Attachment) adalah ikatan emosional abadi
dan resiprokal antara bayi dan pengasuhnya, yang sama-sama memberikan
kontribusi terhadap kualitas hubungan pengasuh-bayi. Keterikatan memiliki nilai
adaptif bagi bayi, memastikan kebutuhan psikososial dan fisknya terpenuhi.
Ø Pola
Kelekatan
Mary Ainsworth pertama kali mempelajari
keterikatan pada awal 1950 bersama John Bowlby. Berdasarkan studi ekologis
ikatan pada binatang dan observasi terhadap anak-anak yang terganggu jiwanya di
klinik psikoanalitis London, Bowlby menyakini nilai penting ikatan ibu-bayi.
Beliau memberikan peringatan terhadap pemisahan bayi dan ibu tanpa pengasuh
pengganti yang baik. Situasi Asing (Strange situation) merupakan sebuah
teknis laboratorium yang dipergunakan untuk mengukur pola kelekatan antara bayi
dan orang dewasa .
Bayi dengan kelekatan yang aman (secure
attachment) menangis atau memprotes ketika si ibu meninggalkannya dan
menyambut dengan gembira ketika si ibu kembali. Mereka menjadikan sang ibu
sebagai dasar rasa aman (secure base). Bayi dengan kelekatan menghindar (avoidant
attachment) jarang menangis ketika si ibu pergi, dan menjauhkan sang ibu
ketika ia kembali. Mereka cenderung marah dan selalu terburu-buru sehingga
tidak dapat diikuti ketika meninginkan sesuatu. Bayi dengan kelekatan ambivalen resistan (ambivalent attachment) menjadi cemas
walaupun sang ibu belum lagi meninggalkan tempat tersebut dan menjadi cemas
walaupun sang ibu belum lagi meninggalkan tempat tersebut dan menjadi sangat
kecewa ketika ia benar-benar pergi. Ketika si ibu kembali, sang bayi
menunjukkan sikap ambivalensi mereka dengan berusaha mencari kontak dengan sang
ibu dan pada saat yang bersamaan menolak sang ibu dengan menendang dan
berteriak.
Riset lainnya (Main dan Soloman 1986) telah
menemukan pola ke empat, yaitu kelekatan
tak teratur dan tak terarah (disorganized-disoriented
attachment). Bayi dengan pola yang tak teratur sering kita menunjukan pola
perilaku yang tidak konsisten dan berlawanan.
Mereka menyambut ibu mereka dengan gembira ketika si ibu kembali, namun
kemudian menjauh atau mendekati tanpa memandang kepadanya. Mereka tampak takut
dan bingung. Pola ini mungkin adalah pola dengan tingkat rasa aman paling
rendah dan mayoritas terjadi pada bayi dengan ibu yang tidak sensitive ,
terganggu, atau cenderung menyakiti atau mengalami kehilangan yang belum
tersembuhkan.
Ø Bagaimana
Kelekatan Terjalin.
Berdasarkan interaksi bayi dan ibu , bayi
membangun model kerja tentang apa yang diharapkan dari sang ibu, selama ibu
memberikan respon yang sama maka model itu bertahan ,bila tingkah ibu berubah
makan bayi akan merevisi model tersebut .
Ø Peran
Temperamen.
Temperamen bayi dapat secara tak langsung
mempengaruhi kelekatan melalui pengaruhnya terhadap orang tua. Kesimpulannya,
sifat mudah marah sang bayi bisa jadi menghambat perkembangan kelekatan yag
aman, tapi hal tersebut tidak akan terjadi apabila sang ibu memiliki
keterampilan untuk menghadapi temperamen bayi
Ø Kecemasan
orang asing dan kecemasan perpisahan
Kecemasan orang asing pada bayi adalah bentuk rasa gelisah terhadap seseorang
yang belum dikenal , dan kecemasan perpisahan adalah bentuk rasa sedih ketika
orang yang sudah familiar pergi meninggalkannya.
Ø Pengaruh
jangka panjang kelekatan
Semakin aman kelekatan seorang anak kepada
orang dewasa yang mengasuhnya, semakin mudah pada akhirnya si anak untuk
mengembangkan hubungan baik dengan orang lain. Apabila seorang anak,
berdasarkan pengalaman awal, memiliki harapan positif berkenaan dengan
kemampuan mereka untuk hidup bersama yang lain dan masuk dalam kehidupan social
untuk saling memberi dan menerima, dan apabila mereka memikirkan diri mereka
dengan baik, maka mereka dapat membangun situasi social yang cenderung
menguatkan keyakinan tersebut.
Ø Transmisi
pola kelekatan antagenerasi
Representasi mental ibu tentang bayi mereka
mulai terbentuk pada masa kehamilan ,sebagian mencerminkan ingatan tentang
pengalaman kelekatan mereka. Bagaimana mereka mengingat pengalaman dini dengan
orang tua dan pengasuh mereka akan mempengaruhi kesejahteraan emosional mereka
dan memberikan respon pengaruh terhadap cara mereka memberikan respon kepada
anak mereka .
Komunikasi Emosional dengan Pengasuh :
Regulasi Timbal-Balik
Mutual regulation adalah suatu proses
interaksi yang mempengaruhi rasa aman dari kelekatan yang bergantung pada
kemampuan baik anak dan pengasuh untuk merespon selekasnya dan secara sensitive
terhadap keadaan mental dan emosional satu sama lain . orangtua dapat
memberikan kontribusi terhadap reaksi timbal balik dengan memberikan komentar
yang menunjukan bahwa mereka mengerti apa yang ada dibenak bayi.
Still face paradigm adalah prosedur penelitian
yang digunakan untuk mengukur regulasi timbale balik pada bayi yang berusia 2
hingga 9 bulan. Cara sang ibu memandang dan merespon bayi mereka mempengaruhi
reaksi sang bayi terhadap prosedur still-face.
Seorang bayi dengan orang tua yang sensitive dan responsive terhadap kebutuhan
emosionalnya tampak lebih dapat menenangkan diri .
Perujukan Sosial
Social
referencing adalah memahami
situasi dengan mencari persepsi orang lain terhadap situasi tersebut. Para bayi
menggunakkan referensi social ketika mereka memandang pengasuh mereka
memperkenalkan orang atau mainan baru. Dan terus berlanjut pada bagian
selanjutnya pada tahun pertama kehidupan sang bayi, ketika ia mulai menilai
kemungkinan konsekuensi dari sebuah even, meniru perilaku yang kompleks,
membedakan dan beraksi terhadap berbagai ekspresi emosional.
2.2.3
Isu Perkembangan pada Masa Batita
Transformasi ini bukan hanya terlihat dari
keterampilan fisik dan kognitif seperti berjalan dan berbicara tapi juga dalam
cara anak mengekspresikan kepribadian mereka dan interaksi mereka dengan orang
lain. Seorang batita menjadi mitra interaktif yang lebih katif dan intensional
. adanya 3 isu psikologios yang batita dan pengasuh harus hadapi adalah :
Munculnya Rasa Diri
Konsep diri merupakan citra diri kita
–gambaran utuh kita tentang kemampuan dan sifat kita . konsep diri
menggambarkan apa yang kita ketahui dan rasakan tentang diri kita dan memandu
tindakan kita .Konsep diri berkembang dari saat bayi mulai menangkap pola
konsisten yang membentuk konsep dasar tentang dirinya dan orang lain
Perkembangan Otonomi
Erikson (1950) mengidentifikasi periode dari
sekitar 18 bulan sampai 3 tahun sebagai tahap kedua dari perkembangan
kepribadian, Otonomi versus perasaan malu dan ragu yang ditandai dengan
pergeseran dari kontrol ekternal kepada kontrol diri. Setelah melalui masa bayi dengan menumbuhkan
kepercayaan dasar didunia dan keawasan diri ,anak mulai mengganti penilaian
dari orang lain dengan penilaian mereka sendiri.
Perkembangan
Moral : Sosialisasi dan Internalisasi
Sosialisasi adalah proses dimana anak mengembangkan kebiasaan, keterampilan, nilai,
dan motif yang menjadikan mereka sebagai anggota masyarakat yang bertanggung
jawab dan produktif. Sosialisasi tergantung kepada internalisasi standar
sosial-menjadikan standar tersebut sebagai miliknya. Anak yang telah
tersosialisasi dengan sukses tidak lagi menaati peraturan atau perintah untuk
mendapatkan hadiah atau menghindari hukuman, mereka telah membuat standar
perental sosial mereka sendiri (Grusec & Goodnow, 1994; Koc hanska &
Aksan,1995; Tjebkes & Forman, 1998).
Ø Mengembangkan
Regulasi Diri
Regulasi diri merupakan
dasar sosialisasi, dan
hal tersebut menghubungkan semua perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan
emosional. Dengan “membaca” respon emosional orang tua mereka terhadap perilaku
mereka, anak-anak terus menerus menyerap tindakan apa yang diterima oleh orang
tua mereka. Regulasi Kondisi emosional mutual sepanjang masa bayi memberikan
kontribusi terhadap perkembangan kontrol diri, terutama pada anak berteperamen
tinggi, yang mungkin membutuhkan bantuan ekstra untuk mendapatkannya
(R.Feldman, Greenbaun, & Yirmiya, 1999).
Ø Asal mula
nurani : Kepatuhan berkomitmen
Anak menunjukkan Committed Compliance apabila mereka
berusaha mengikuti perintah untuk beres-beres dan tidak menyentuh permainan
tersebut, tanpa pengingat atau jeda, hal ini menunjukkan kontrol pencegah. Si
anak menunjukkan Situasional Compliance jika mereka masih membutuhkan bisikan
untuk patuh
2.2.4 Hubungan Dengan Anak-Anak Lain
Saudara Kandung
Saat
bayi mulai aktif dan menjadi makin asertif, mau tidak mau bayi menghadapi
konflik dengan saudara-saudaranya. Konflik saudara kandung akan lebih meningkat
drastic setelah anak yang lebih muda menginjak usia 18 bulan. Pada bulan-bulan
berikutnya, adik mulai berpartisipasi dalam berbagai interaksi keluarga. Dengan
demikian, anak akan semakin awas terhadap niat dan perasaan anggota
keluarganya. Anak mulai mengenali perilaku yang mengganggu atau membuat kesal
serta perilaku yang dianggap nakal.
Namun
begitupun, konflik yang terjadi antara saudara kandung cenderung lebih
konstruktif membantu anak untuk mengenal kebutuhan, keinginan, dan sudut
pandang masing-masing, serta membantu anak untuk belajar berjuang, berselisih
paham, dan berkompromi.
Sosiabilitas
dengan Nonsaudara Kandung
Bayi
dan anak menunjukkan rasa ingin tahu terhadap oang luar rumah, terutama
orang-orang yang seukuran dengan diri mereka. Pada beberapa bulan pertama,
mereka melihat, tersenyum, dan menggumam dengan bayi lain. Pada paruh akhir
tahun pertama, mereka makin sering tersenyum, menyentuh, dan berceloteh dengan
sesama. Pada usia 1 tahun, dimana agenda utama mereka adalah belajar berjalan,
para bayi tidak terlalu memedulikan orang lain. Sejak usia 1,5-3 tahun,
anak-anak menunjukkan rasa ingin tahu yang meningkat terhadap apa yang
dilakukan anak lain.
Balita
belajar dengan saling meniru. Konflik yang terjadi dengan nonsaudara kandung
juga bertujuan untuk membantu anak belajar tentang cara bernegosiasi dan
menyelesaikan pertengkaran.
2.2.5 Anak Dengan Orang Tua Bekerja
Efek-efek Pekerjaan Orang Tua
Sebuah
analisis data The National Longitudinal Survey of Youth (NYLS) menemukan
sedikit atau tidak ada efek dari ibu bekerja terhadap kepatuhan anak, masalah
perilaku, harga diri, perkembangan kognitif dan prestasi akademis. Ibu bekerja
terlihat lebih menguntungkan keluarga yang berpenghasilan rendah dengan cara
meningkatkan pemasukan keluarga.
Di
pihak lain, data longitudinal yang meneliti anak dengan ibu bekerja,
menunjukkan adanya efek negative terhadap perkembangan kognitif di usia 15
bulan hingga 3 tahun di saat ibu bekerja 30 jam atau lebih per minggu.
Sensitivitas maternal, kualitas lingkungan rumah, dan kualitas pengasuhan anak
merupakan beberapa dampak dari pekerjaan orang tua.
Pengasuhan Dini
Pada Anak
Meningkatnya
jumlah ibu bekerja pada masa ini membuat banyak ibu memercayakan pengasuhan
anaknya di penitipan anak. Baik keluarga dan pengaturan penitipan anak akan
secara langsung memengaruhi anak.
Ø
Berbagai Faktor Dampak Penitipan Anak
Dampak penitipan anak secara dini
bergantung pada jenis, jumlah, kualitas, dan stabilitas pengasuha, serta
penghasilan keluarga dan usia anak saat mendapatkan pengasuhan nonmaternal.
Seorang anak yang pemalu dan memiliki pola nonsecure attachment
cenderung lebih stress di tempat penitipan dan kesulitan bersosialisasi.
Elemen terpenting kualitas pengasuhan
tempat penitipan anak adalah pengasuh. Bayi butuh pengasuhan yang konsisten
untuk mengembangkan rasa percaya dan kelekatan yang aman. Stabilitas pengasuhan
memfasilitasi koordinasi antara orang tua dan pemberi layaan penitipan anal,
yang dapat membantu melindungi dari pengaruh negative berkepanjangan. Semakin
sering anak diasuh bukan oleh ibunya, maka akan semakin besar pula risiko
masalah tingkah laku yang dimiliki anak tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan kognitif adalah tahap-tahap perkembangan
kognitif manusia mulai dari usia anak-anak sampai dewasa; mulai dari
proses-proses berpikir secara konkret sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep-konsep
anstrak dan logis. Jean Piaget seorang pakar yang banyak melakukan penelitian
tentang perkembangan kemampuan kognitif manusia
Perkembangan psikosoial adalah
tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh
pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi
matang secara fisik dan psikologis, perkembangan psikososial juga berhubungan
dengan perubahan-perubahan perasaan atau emosi dan kepribadian serta perubahan
dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain.
Perkembangan anak di tiga tahun pertama dapat di
tinjau dari kemampuan kognitif dan psikososialnya. Banyak faktor yang
mempengaruhi perkembangan kognitif dan psikososial pada bayi dan anak di tiga
tahun pertama seperti faktor genetika, pola asuh orang tua, lingkungan yang
memberi potensi serta pembelajaran dan serangkaian tes yang dilakukan untuk
membantu pemenuhan kebutuhan yang dibutuhkan oleh bayi dan anak.
Referensi
Papalia, D.E.,
Old, S.W., Feldman, R.D. (2009).
Human Development (Perkembangan Manusia). Jakarta: Salemba Humanika