BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Anak manja biasanya selalu menuntut perhatian lebih
dan menuntut agar segala kebutuhan atau keinginannya terpenuhi. Bila dalam
kelompok teman sebaya anak selalu ingin diperhatikan karena dirumah terbiasa
diperhatikan oleh orang tuanya. Kemanjaan dalam banyak kasusmuncul akibat
perhatian dan kasih sayang orang tua yang berlebihan. Bahkan, kasih sayang yang
diberikan kepada anak seringkali mengalahkan kasih saying dan cinta kepada
suami atau istri. Dalam hal ini ibu cenderung memanjakan anaknya ketimbang
suaminya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para
ahli, anak yang terlalu dimanja cenderung akan mempunyai masalah disepanjang
hidupnya karena ia akan mengalami hambatan penyesuaian diri dalam pergaulan dan
kelak akan sulit bekerja sama dengan orang lain. Selain itu memanjakan anak
akan berdampak pada pertumbuhan karakter anak yang selalu berusaha merebut
kasih sayang orang tua maupun pendidik dan cenderung “menaklukan” kedua orang
tuanya maupun pendidik untuk memenuhi segala keinginannya. Karena factor inilah
dalam diri anak selalu tumbuh perasaan canggung ketika bergaul dengan orang
lain. Karena segala keinginan anak biasa terpenuhi. Ia merasa bahwa seluruh
orang di dunia ini diciptakan hanya untuk melayani dan membahagiakan dirinya.
Disamping itu anak manja terbiasa menggantungkan diri
pada orang lain tanpa berupaya dengan inisiatif sendiri. Ia terbiasa menerima,
tetapi tidak terbiasa member. Oleh karena itu anak manja biasanya akan tumbuh
menjadi sosok egois dan peminta-minta tanpa upaya sendiri. Akibatnya anak manja
tumbuh sebagai sosok egois, selalu bimbang, berkepribadian lemah dan tidak
mampu menentukan pilihannya sendiri.
Karena itulah sangat penting untuk mengatasi
kemanjaan anak sedini mungkin agar anak dapat mengerti serta memahami arti
tanggung jawab dan akhirnya bisa menjadi pribadi yang mandiri dan tidak terlalu
bergantung pada orang lain. Dalam proses mengamati anak di PAUD alam permai,
peneliti mengalami suatu perilaku yang dilakukan oleh anak itu seperti selalu
meminta atau menginginkan barang milik orang lain dengan paksa dan apabila
tidak dituruti oleh guru maka anak tersebut marah-marah serta kadang menangis,
dalam proses kegiatan belajar mengajar anak selalu minta dibantu oleh gurunya
tanpa berusaha sendiri, dalam bermain dengan teman sebaya selalu minta
diperhatikan, dalam kegiatan istirahat pada saat makan selalu minta disuapi,
malas dalam membereskan alat-alat permainan yang dimainkannya, dalam melakukan
hal apapun selalu minta dibantu tidak mau berusaha sendiri. Maka dalam kasus tersebut, peneliti tertarik mengangkat suatu masalah yaitu
perilaku anak yang lebih bersifat manja karna kurangannya kemandirian pada anak
tersebut.
2.
Tujuan
Observasi akan dilakukan terhadap anak
dengan inisial RDS berusia 11
tahun (kelas V) SD N. 156
Palembang, diharapkan hasil observasi ini bisa menjadi pengenalan terhadap Anak Manja yang berhubungan dengan Pola Asuh Orang Tua.
1.
Pengamatan interaksi belajar dan aktivitas anak di
dalam dan di luar kelas.
2.
Mewawancarai Kegiatan Anak kepada Orang
Tua
3.
Sasaran Kegiatan (Observer)
Menjadi
perhatian utama pada permasalahan yang terjadi adalah perilaku manja
yang timbul dan memberikan pengaruh buruk baik secara psikis dan motorik anak,
ada beberapa point penting dalam menjadi bahan pertimbangan dalam observasi,
antara lain :
1.
Bagaimana interaksi RDS
(Observee) dalam pembelajaran dan interaksi sosialisasi.
2.
Perilaku Sikap manja apa saja yang ditimbulkan
oleh RDS di dalam maupun di luar kelas.
3.
Apakah RDS mengalami
kesulitan belajar karena faktor keluarga dan lingkungan.
1.4 Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilaksanakan dalam observasi ini antara lain :
1. Observasi /
pengamatan.
2. Study
dokumentasi.
3. Wawancara.
4. Diskusi dan
refleksi hasil.
BAB II
LANDASAN TEORI
DAN RUJUKAN
2.1 Definisi Anak Manja
Psikolog
Seto Mulyadi menjelaskan anak manja adalah anak yang selalu mengharapkan
perhatian berlebihan dari lingkungan sekelilingnya dan juga diikuti dengan
keinginan untuk segera dituruti kemauannya.
J Ronald
Walters menyatakan bahwa memanjakan anak berarti meningkatkan kepercayaan bahwa
dia selalu bisa mendapatkan apa yang dia inginkan, baik dengan cara meluapkan
kemarahan atau barangkali dengan bujukan atau sanjungan. Atau bahkan mungkin dengan mengadu domba antara satu orang dewasa dengan
yang lain.
Heribertus Gunawan
mengaitkan istilah manja dengan ketergantungan yang meliputi mencari perhatian.
Kasih sayang atau bantuan orang lain secara berlebihan. Menurutnya beberapa
ciri-cirinya antara lain sering merengek, menangis, menyela pembicaraan orang
tuanya. Menuntut orang lain membantunya melakukan sesuatu padahal ia sebenarnya
bisa melakukannya sendiri, tidak punya inisiatif, lebih menunggu bantuan orang
dewasa, butuh kedekatan fisik, suka mencuri perhatian atau mengharapkan orang
tuanya sering mengawasinya, berbicara dengannya, dan melihat apa yang telah
dibuatnya.
2.2. Ciri-ciri Anak Manja
1.
menangis dan berteriak bila menginginkan sesuatu
2.
suka merajuk sambil terlentang/berguling-guling dilantai dan tak mau bangun
3.
sering marah dan bahkan memukul bila orang tua/guru menghukumnya
4.
bersikap kasar pada orang dewasa atau anak-anak disekitarnya
5.
menolak berbagi mainan/perlakuan tertentu dengan anak lainnya
6.
Suka pamer dan ingin selalu menjadi pusat perhatian bagi kelompoknya
7.
selalu menginginkan yang dimiliki orang lain, bila telah berhasil
memilikinya, selalu menginginkan sesuatu yang baru.
8.
menuntut orang lain selalu membantunya, padahal ia bisa melakukannya
sendiri
2.3
Factor-faktor yang Menyebabkan Kemanjaan Anak
Pada umumnya faktor utama yang
menimbulkan/menyebabkan kemanjaan pada diri anak ialah faktor lingkungan
keluarga, yaitu berupa kesalahan pola asuh orang tua terhadap anaknya. Menurut
Rusda Koto Sutadi, “Anak tunggal, sulung, bungsu, anak sering ditinggal orang
tua, persaingan di antara anak merupakan penyebab kemanjaan yang diperoleh
dalam lingkungan keluarga.” Berikut akan penulis uraikan satu-persatu :
1. Anak tunggal
sering diperhatikan secara berlebihan. Sikap ini
biasanya terjadi karena orang tua takut anaknya cidera atau hilang. Akibatnya
anak akan merasa tidak bebas. Perasaan tidak bebas itu akan diwujudkan dengan
banyak menuntut orang tuanya untuk menuruti kehendaknya
2. Anak sulung
pada awalnya biasanya diperlakukan sama seperti
anak tunggal, sebab ia hidup dalam keluarga yang hanya terdiri dari kedua orang
tuanya. Dalam hal ini, orang tua biasanya berusaha semaksimal mungkin memenuhi
semua keinginan dan melimpahkan semua perhatian serta kasih sayang kepadanya.
Namun setelah adiknya lahir, perhatian orang tua tentu saja beralih dan
terbagi. Pada saat inilah anak pertama merasa cemburu dan berusaha merebut
kasih sayang orang tuanya yang mulai berkurang. Biasanya anak memberi reaksi
dengan cara yang aneh-aneh, seperti menangis, menjerit dan pura-pura sakit.
Karena orang tuanya merasa bersalah, maka akhirnya anak sulung akan dimanjakan
oleh kedua orang tuanya.
3. Anak bungsu
Bisa menjadi anak manja. Hal ini disebabkan
karena anak bungsu masih dianggap sebagai anak kecil oleh saudara-saudaranya.
Kemanjaan anak bungsu bukan saja bersumber dari orang tuanya, tapi juga dari
saudara-saudaranya.
4. Anak yang selalu menderita penyakit
Juga bisa menjadi anak manja. Anak yang selalu
dijangkiti penyakit biasanya mendapatkan perhatian khusus dari orang tua dan
saudara-saudaranya. Dengan adanya perhatian yang berlebih ini bisa membuat anak
menjadi manja.
5. Anak laki-laki yang hidup di tengah saudara-saudara perempuan
juga biasanya mendapat perhatian yang istimewa
dari orang tuanya. Dan hal ini dapat menyebabkan kemanjaan anak.
6. Anak yang sering ditinggal orang tua
yang terlalu sibuk juga berpotensi menjadi anak
yang manja. Biasanya orang tua yang demikian akan mengganti perhatiannya yang
kurang dengan memanjakan anaknya dan memperbolehkan apapun yang dilakukan anak
dan anak akan melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginannya.
BAB III
PEMBAHASAN
IDENTIFIKASI
3.1 Analisis Identitas Anak
1. Identifikasi Diri Anak
Nama Anak : RDS
Nama Panggilan
: D
Tempat/tgl. Lahir : Palembang,
29 Oktober 2003
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
:
Laki-laki
Alamat
: Jl. SMB II No.2822 Palembang
Sekolah : SD N 156 Palembang
Kelas
: V
sekolah Dasar
Hobby
: Jalan-jalan,
Makan, Bermain
Jumlah saudara
: 2 (dua)
Anak ke
: 1 (satu)
makanan : Ayam goreng, Nugget,
Sosis dan Roti
Minuman : Ice Cream dan Susu
Cita-cita : Polisi
2. Keadaan Kesehatan
Penglihatan :
Normal
Pendengaran :
Normal
Pembicaraan :
Normal
Potensi jasmani : Normal
3. Fasilitas Belajar dan
Pendukung
a. Kelengkapan belajar
ü Buku paket
: lengkap
ü Buku catatan
:
lengkap
ü Ruang belajar
:
punya
b. Bimbingan
ü Dari ayah : pernah
ü Dari ibu
: selalu
ü Dari saudara
: tidak ada
c. Waktu belajar
ü Waktu belajar anak
kurang teratur.
ü Anak belajar jika
disuruh orang tua.
d. Kelakuan dan prestasi
ü Sikap pada tema : Cukup baik, tidak membeda-bedakan teman.
ü Sikap pada guru : Baik, selalu manja dalammelakukan apapun.
Selalu minta diperhatikan.
ü Prestasi : Cukup baik/sedang, prestasi cukup.
3.2
Identifikasi Orang Tua
1. Ayah
Nama lengkap
: JK
Umur/TTL
: 39 tahun / Palembang,10 November 1975
Pendidikan
: SMO
Pekerjaan
: Swasta
Hubungan dengan anak : Anak
kandung
Alamat
: Jl. SMB
II No.2822 Palembang
2. Ibu
Nama lengkap
: M
Umur/TTL
: 42 tahun /Palembang, 22 Maret 1972
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Guru TK
Alamat
: Jl. SMB II No.2820 Palembang
3.3.
Perumahan
Anak tinggal bersama
ayah, ibu, nenek, oom dan adiknya dalam lingkungan Jl. SMB
II No.2822 Palembang. Dalam lingkungan
tempat tinggalnya tersebut hubungan bertetangga cukup bagus. Hal ini mendukung
perkembangan sosial anak untuk berinteraksi dengan lingkungan masyarakat di
sekitar tempat tinggal anak berada.
Tingkat pendidikan dan
ekonomi masyarakat ditempat tinggalnya tergolong menengah kebawah. Sebagian
besar warga di daerah tempat tinggal anak bekerja sebagai swasta dan pegawai.
BAB
IV
METODE
PENELITIAN
4.1
Menentukan Jenis Observasi
Langkah berikutnya menentukan bentu observasi yang akan dilakukan,
apakah bersifat ilmiah atau non ilmiah. Setelah itu membuat S.O.P (Standard
Operational Procedure) dalam melaksanakannya seperti dibawah ini:
1.
Observasi Ilmiah
Dilakukan dalam kondisi yang sudah di definisikan dengan tepat atau
punya tujuan tertentu, Cth Diagnosa:
Sikap Manja yang dilakukan :
a.
menangis dan berteriak bila menginginkan sesuatu
b.
suka merajuk sambil terlentang/berguling-guling dilantai dan tak mau bangun
c.
Suka pamer dan ingin selalu menjadi pusat perhatian bagi kelompoknya
d.
selalu menginginkan yang dimiliki orang lain, bila telah berhasil
memilikinya, selalu menginginkan sesuatu yang baru.
e.
menuntut orang lain selalu membantunya, padahal ia bisa melakukannya
sendiri
2.
Dilakukan secara objektif dan sistematis untuk menghindari bias.
3.
Dilakukan pencatatan dengan seksama,
ü Langkah pertama peneliti menelusuri
penyebab perilaku manja anak, apakah karena anak tunggal, sulung, bungsu,
sering sakit-sakitan, sering ditinggal orang tua atau anak laki-laki diantara
saudara-saudarnya yang perempuan, masalah dengan teman/lingkungan.
ü Langkah kedua, peneliti menganjurkan
agar guru memberi informasi kepada orang tua anak agar perlu pula menganalisis
apakah perilaku manja anak sudah sampai taraf berlebihan dan tidak bisa
dikontrol lagi dengan cara memberi pengarahan dan penanganan kapada anak
tersebut sehingga dapat mengurangi prilaku manja anak.
Menurut
sundberg (1977) dalam observasi menggunakan formula observasi seperti berikut:
ü Who (Siapa) observasi
terhadap anak SDN 156 Palembang
ü Where (Dimana)
lakukan metode field setting, dimana sesuai dengan situasi nyata agak berkesan
lebih natural dan dengan nonparticipant.
ü What (Apa)
dengan menggunakan gabungan Time Sampling dan Random, alasan yang tepat karena :
a.
Mengamati tingkah laku dalam waktu tertentu.
b.
Mengamati tingkah laku tertentu dalam jangka waktu tertentu, selama
waktu tertentu.
c.
Frekuensi (seberapa sering Sikap manja
yang ditimbulkan)
d.
Durasi (keterbatasan waktu hanya di jam sekolah dan lingkungan sekitar rumah)
ü How adalah
bagaiman metode observasi itu dilakukan,
Dalam kasus ini menggunakan metode non participant, karena data
yang didapat lebih naturalistiks sehingga hasilnya lebih objektif.
4.
Metode pencatatan Observasi
Khusus pengamatan dalam sikap manja
dilakukan dengan check list agar tidak lepas dari pengamatan observer, adakah
hubungan antara kurangnya peran keluarga dalam pendidikan dengan kemanjaan anak tersebut
4.2
Diagnosis
Perilaku pada anak yang
manja disebabkan oleh pola asuh yang bersifat permisif. Sikap manja terjadi
ketika orangtua yang dahulunya mendapatkan pola asuh yang cenderung tertekan
atau merasa kurang bebas, maka orangtua bersikap serba membolehkan anak, maka
tanpa terasa orangtua telah mencetak anaknya menjadi individu yang manja.
4.3 Treatment
Dari prognosis tersebut, maka peneliti melakukan beberapa treatment
yang dapat mengurangi gejala prilaku manja anak yang berlebihan. Dan dari
penanganan tersebut bisa sedikit mengurangi gejala manja Sabrina, yaitu
diantaranya adalah :
1.
Peneliti melatih anak mengerjakan hal-hal yang sederhana,
hal ini secara langsung juga akan melatih rasa responsibilty pada anak secara
bertahap, contohnya pada usia bermain seperti sabrina, kita dapat meminta anak
memasukan mainannya sendiri ke dalam kotak atau keranjang mainan setelah
bermain, bisa dimulai dengan mencontohkannya terlebih dahulu, tidak perlu
sempurna tapi dengan memberikan penjelasan mengapa hal itu perlu dilakukannya.
2.
Mendorong serta melatih anak untuk melakukan sesuatu sendiri sesuai
tahap pertumbuhan dan perkembangan usia. Contoh mudahnya adalah melatih anak
untuk membuka celana sendiri untuk anak umur 3 tahun, menyiapkan keperluan
sekolah sendiri untuk anak 7 tahun. Memberikan tanggung jawab pada anak sesuai
dengan usianya. Ini adalah bagian dari melatih bakat dan juga kecerdasan anak pula.
3.
Usahakan untuk tidak selalu menuruti apa yang menjadi keinginan
anak. Orang tua/pendidik bisa mencoba memberikan apa yang anak inginkan ketika
anak berhasil dalam mencapai sebuah prestasi. Contohnya ketika sang anak sudah
bisa membereskan mainannya sendiri, maka kita bisa memberikannya hadiah sesuai
keinginannya. Jangan pula segan-segan dalam memberikan sebuah pujian kepada
anak tatkala ia melakukan hal yang benar.
4.
Mengajarkan, melatih serta menerapkan pola mandiri pada anak sedini
mungkin. Bisa dimulai dengan mengajarkannya pada hal-hal kecil, seperti halnya
mengambil minum atau makan sendiri, melepas pakaian sendiri saat akan mandi dan
hal-hal kecil lainnya dalam melakukan rutinitas kegiatan sehari-hari. Ini
adalah kiat tips mengatasi anak manja yang bisa kita praktekkan
5.
Mempunyai komitmen kepada seluruh anggota keluarga untuk tidak
memanjakan anak sedari usia dini. Termasuk bila mempunyai pembantu untuk tidak
juga memanjakan anak.
6.
Jangan terlalu banyak memberikan larangan terhadap buah hati.
Karena terlalu banyak larangan akan menyebabkan anak tidak percaya diri dan
takut untuk mengeksplorasi lingkungan.
7.
Usahakan tidak memberikan pola asuh yang berpusat pada sikap
permisif, jika menarapkan sikap asuh yang permisif maka dapat menciptakan anak
yang manja.
8.
Ketika anak menuntut segala sesuatu yang berlebihan dan anda
(orangtua) justru diatur dan dikondisikan oleh anak maka sebaiknya anak tidak
dijadikan sebagai pusat perhatian.
9.
Libatkan anak pada kegiatan social, usaha ini dilakukan agar anak
dapat banyak melihat, belajar dan berinteraksi lebih luas. Jadi tidak selamanya
anak terpusat untuk menjadi pusat pehatian.
10. Ketika anak menunjukan sikap manjanya maka
orangtua atau pendidik dapat mengalihkan perhatian anak pada hal atau kegiatan
yang disukai anak.
11. Beri kesempatan kepada anak untuk bermain
bersama anak-anak lain, ini untuk menimbulkan sikap pengertian dan berbagi,
sehingga anak memiliki kedewasaan dalam bersikap.
12. Orang tua selalu memberi contoh atau teladan
perilaku saling kerjasama (gotongroyong atau saling menolong dihadapan anak)
13. Beri sentuhan fisik kasih sayang (pelukan,
ciuman, belaian) pada anak untuk menenangkan sikap anak yang memunculkan
kemanjaannya.
14. Ketika akan memasukan anak kesekolah baru atau
situasi baru, maka sikap orangtua adalah bersama anak dulu untuk beberapa saat,
ajak anak bermain dahulu, hal ini untuk mengalihkan perhatian anak sebelum berpamitan
meninggalkan atau berpisah dengan anak.
15. Berilah kalimat untuk menyakinkan anak dan
menenangkan anak jika dalam situasi anak merasa sulit (manja)
16. Beri semangat
dan motivasi selalu pada anak dan beri waktu untuk anak ketika memunculkan
perilaku manjanya tersebut. Dalam hal ini orangtua butuh kesabaran dalam
menghadapi anak.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anak manja
adalah anak yang selalu mengharapkan perhatian berlebihan dari lingkungan
sekelilingnya dan juga diikuti dengan keinginan untuk segera dituruti
kemauannya. Dengan ciri-ciri yaitu . menangis dan berteriak bila menginginkan
sesuatu, suka merajuk sambil terlentang/berguling-guling dilantai dan tak mau
bangun, sering marah dan bahkan memukul bila orang tua/guru menghukumnya dan
sebagainya. Hal ini dilatarbelakangi oleh faktor perilaku pada anak yang manja
disebabkan oleh pola asuh yang bersifat permisif, sikap manja sangat sering
terjadi pada anak pertama dan pada anak bungsu, pengaruh usia atau jarak
kelahiran antara saudara yang lainnya terlalu jauh. Karena sang anak merasa
satu-satunya pusat perhatian dan selalu dilayani maka ketika anak
mendapat saudara yang baru (adik baru) maka si anak akan mengalami regresi
(penurunan) hal ini dikarenakan anak akan mempertahankan perilaku manja yang
sangat.maka dalam menangani kasus ini perlu dilakukannya suatu bimbingan dan
konseling untuk anak usia dini sesuai dengan pedoman dalam melakukan tindakan
sehingga diharapkan mendapatkan hasil yang terbaik.
3.2 Saran
Kunci utama dalam mengatasi kemanjaan anak terletak pada perubahan pada diri orang
tua, yakni bagaimana orang tua menyikapi perilaku anak yang mengancam supaya
keinginannya terpenuhi. Bila ibu cenderung memilih untuk selalu menuruti maka
perilaku manja anak akan semakin tinggi. Sama halnya bila ibu tidak menuruti
dalam satu waktu, kemudian anak meningkatkan ancamannya kemudian ibu kembali
menuruti keinginan anak atau kita sebut ketidak konsistenan juga membuat anak
semakin manja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar