Hubungan Psikologi Dengan Ilmu Lainnya



HUBUNGAN PSIKOLOGI
DENGAN ILMU-ILMU LAIN

Seperti telah dikemukakan di atas psikologi merupakan ilmu yang telah mandiri, tidak tergabung dalam ilmu-ilmu lain. Namun demikian tidak boleh dipandang bahwa psiko1ogi itu sarna sekali terlepas dari ilmu­-ilmu yang lain. Dalam hal ini psikologi rnasih mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu tersebut.
Psikologi sebagai ilmu yang meneropong atau mempelajari keadaan manusia, sudah barang tentu psikologi mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lain yang sama-sama mempelajari tentang keadaan manusia. Hal ini akan memberi garnbaran bahwa manusia sebagai makhluk hidup tidak hanya dipelajari oleh psikologi saja, tetapi juga dipeiajari oleh ilmu-ilmu lain. Manusia sebagai makhluk budaya maka psikologi akan niempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu kebudayaan, dengan filsafat, dengan antropologi. Dalarn kesempatan ini akan ditinjau hubungan psi­kologi dengan beberapa ilmu sebagai berikut :

1.  Hubungan Psikologi dengan Biologi
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan. Semua benda yang hidup menjadi objek dari biologi. Oleh karena biologi berobjekan benda-benda yang hidup, maka cukup banyak ilmu yang tergabung di daIamnya. Oleh karena itu baik biologi maupun psikologi sama-sama membicarakan manusia. Sekalipun masing-masing ilmu itu meninjau dari sudut yang berlainan, namun pada segi-segi yang tertentu kadang-kadang kedua ilmu itu ada titik-titik pertemuan. Biologi, khusus­nya antropobiologi tidak mempelajari tentang proses-proses kejiwaan, dan inilah yang dipelajari oleh psikologi.
Seperti telah dikemukakan di atas di samping adanya hal-hal yang berlainan tampak pula adanya hal-hal yang sama-sama dipelajari atau diperbincangkan oleh kedua ilmu itu, misalnya soal keturunan. Mengenai soal keturunan baik psikologi maupun antropobiologi juga membicarakan mengenai hal ini. Soal keturunan ditinjau dari segi biologi ialah hal-hal yang berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan yang turun temurun dari suatu generasi ke generasi lain; mengenai soal ini misalnya yang terkenal dengan hukum Mendel. Soal keturunan juga dipelajari oleh biologi antara lain misalnya sifat, inteligensi, bakat. Karena itu kurang­lah sempurna kalau kita mempelajari psikologi tanpa mempelajari biologi khususnya antropobiologi maupun fisiologi, justru karena ilmu-ilmu ini membantu di dalam orang mempelajari psikologi.

2.  Hubungan Psikologi dengan Sosiologi
Manusia sebagai makhluk sosial juga menjadi objek dari sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia, mempelajari manusia di dalarn hidup bermasyarakatnya. Karena itu balk psikologi maupun sosiologi yang membicarakan manusia, tidaklah meng­herankan kalau pada suatu waktu adanya titik-titik pertemuan di dalam meninjau manusia itu, misalnya soal tingkah laku. Tinjauan sosiologi yang penting ialah hidup bermasyarakatnya, sedangkan tinjauan psikologi ialah bahwa tingkah laku sebagai manifestasi hidup kejiwaan, yang di­dorong oleh motif tertentu hingga manusia itu bertingkah laku atau ber­buat.

3.  Hubungan Psikologi dengan Filsafat
Manusia sebagai makhluk hidup juga merupakan obyek dari filsafat yang antara lain membicarakan soal hakekat kodrat manusia, tujuan hidup manusia dan sebagainya. Sekalipun psikologi pada akhirnya me­misahkan diri dari filsafat, karena metode yang ditempuh sebagai salah satu sebabnya, tetapi psikologi masih tetap mempunyai hubungan dengan filsafat.
Bahkan sebetulnya dapat dikemukakan bahwa ilmu-ilmu yang telah me­misahkan diri dari filsafat itupun tetap masih ada hubungan dengan filsafat terutama mengenai hal-hal yang menyangkut sifat hakekat serta tujuan dari ilmu pengetahuan itu.

4.  Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pengetahuan Alam
Ihnu pengetahuan alam mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologi. Dengan memisahkan diri dari filsafat, ilmu pengetahuan alam mengalami kemajuan yang cukup cepat, hingga ilmu pengetahuan alam menjadi contoh bagi perkembangan ilmu-ilmu lain, termasuk psikologi, khususnya metode ilmu pengetahuan alam mem­pengaruhi perkembangan metode da1am psikologi. Karenanya sementara ahli beranggapan kalau psikologi ingin mendapatkan kemajuan haruslah mengikuti cara kerja yang ditempuh oleh ilmu pengetahuan alam. Apa yang ditempuh oleh Weber, Fechner, Wundt sangat dipengaruhi oleh metode yang digunakan dalam lapangan ilmu pengetahuan alam. Metode yang ditempuh oleh Fechner yang dikenal dengan metode psikofisik, suatu metode yang tertua dalam lapangan psikologi eksperimental, banyak dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan amm (Woodworth, 1951). Meru­pakan suatu kenyataan karena pengaruh ilmu pengetahuan alam, psikologi mendapatkan kemajuan yang cukup cepat, sehingga akhirnya psikologi dapat diakui sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri terlepas dari filsafat; walaupun akhirnya ternyata bahwa metode ilmu pengetahuan alam kurang mungkin digunakan seluruhnya terhadap psikologi, disebabkan karena perbedaan dalam objeknya. Ilmu pengetahuan alam berobjekkan benda-benda mati, sedangkan psikologi berobjekkan manusia yang hidup, sebagai makhluk yang dinamis, makhluk yang berkebudayaan, makhluk yang berkembang dan dapat berubah setiap saat
Seperti telah dikemukakan di atas psikologi mempunyai hubungan antara lain dengan biologi, sosiologi, filsafat, ilmu pengetahuan alam, tctapi ini tidak berarti bahwa psikologi tidak mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lain di luar ilmu-ilmu tersebut. Justru karena psikologi menyelidiki dan mempelajari manusia sebagai makhluk yang bersegi banyak, makhluk yang bersifat kompleks, maka psikologi harus bekerja sama dengan ilmu-ilmu lain. Tetapi sebaliknya setiap cabang ilmu yang berhubungan dengan manusia akan kurang sempurna bila tidak mengambil pelajaran dari psikologi. Dengan demikian akan terdapat hubungan yang timbal balik.

5.  PSIKOLOGI FILOSOFIS DAN PSIKOLOGI EMPIRIS
Di atas telah dikemukakan sewaktu psikologi masih tergabung dalam filsafat, segala persoalan yang ada dalam psikologi dipengaruhi oleh filsafat, antara lain mengenai metodenya. Pada waktu itu hal-hal yang dicapai dalam psikologi belumlah berdasarkan atas keadaan yang objektif, keadaan yang positif, melainkan atas dasar renungan-renungan saja atau dengan kata lain atas dasar spekulasi. Karena itu psikologi pada waktu itu masih bersifat spekulatit. belum bersifat positif. Karena psikologi mempelajari hal-hal yang di luar atau di belakang keadaan yang nyata, maka psikologi yang bersifat spekulatif juga sering disebut psikologi metafisis.
Sesuai dengan perkembangan ilmu-ilmu pada umumnya, maka psi­kologi filosofis tidak memuaskan lagi, lebih-lebih bagi para ahli yang membutuhkan hal-hal yang objektif, yang positif dan yang berdasarkan atas pengalaman-pengalaman atau empiris. Karena itu metode yang spekulatif ditinggalkan dan dirintis metode baru yang berdasarkan atas empiri, dan ini menimbulkan psikologi yang empiris.
Apakah psikologi yang mendasarkan atas spekulasi itu bukan me­rupakan suatu ilmu, hal ini merupakan suatu hal yang sukar dijawab, yang terang bahwa dalam taraf semacam itu belumlah mendasarkan atas keadaan yang objektif, yang pada umumnya dituntut oleh ilmu pada waktu ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar